Rekayasa Sosial Jadi Modus Penipuan Paling Banyak yang Sasar Mitra Gojek

Aktor jahat rupanya terbanyak menggunakan metode rekayasa sosial untuk menipu mitra UMKM Gojek, untuk mendapatkan OTP dan data pribadi lainnya.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 18 Feb 2021, 17:52 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2021, 17:52 WIB
Ilustrasi Gojek, Aplikasi Gojek.
Ilustrasi Gojek, Aplikasi Gojek. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - Pebisnis UMKM banyak menjadi target penipuan online oleh penjahat siber, begitu juga dengan mitra UMKM Gojek.

Diungkapkan oleh Head of Merchant Platform Business Gojek Novi Tandjung, rekayasa sosial atau social engineering merupakan modus penipuan utama yang menyasar mitra UMKM Gojek sepanjang 2020.

"Modus tertinggi yang digunakan adalah manipulasi psikologis. Jadi pelaku usaha dibujuk sedemikian rupa secara psikologis agar mereka mengirimkan data pribadi dan OTP dengan iming-iming misalnya untuk kelancaran pencairan dana," kata Novi, dalam acara konferensi pers Edukasi Keamanan Digital Gojek yang digelar melalui Zoom bersama Siberkreasi, Kamis (18/2/2021).

Novi menjelaskan, teknik rekayasa sosial biasanya dilakukan agar mitra terpengaruh memberikan data-data pribadinya, termasuk OTP secara sukarela kepada oknum penjahat.

Menurutnya, selama 2020 yakni saat pandemi Covid-19, di mana banyak UMKM bergabung menjadi mitra baru Gojek, angka penipuan dengan metode rekayasa sosial begitu tinggi.

"Itu (rekayasa sosial) gencar di tahun lalu, tetapi pada akhir tahun kasus yang dilaporkan semakin sedikit, ini sejalan dengan hasil survei Gojek yang menyebut pembekalan kompetensi keamanan mitra Gojek membuahkan hasil positif," kata Novi.

Rekayasa Sosial Saat Pandemi Naik Tajam di Kalangan Mitra Gojek

GoBiz
Fitur Kelola Pegawai pada aplikasi GoBiz (Foto: Gojek)

Salah satu hasil survei Gojek terkait pembekalan kompetensi keamanan digital menyebut, 82 persen mitra usaha Gojek sudah memahami berbagai modus penipuan digital dan cara menghindarinya.

Novi pun menyebut, pada akhir 2020, laporan yang masuk terkait manipulasi psikologis makin turun dibandingkan sepanjang 2020.

Dia mengatakan, banyaknya mitra UMKM Gojek yang terkena modus rekayasa sosial selama pandemi meningkat tajam, seiring dengan banyaknya mitra baru yang bergabung dengan Gojek dan menjalankan bisnisnya secara online.

Selain melakukan edukasi terkait keamanan digital melalui kampanye #AmanBersamaGojek, startup ini juga berinvestasi dalam hal teknologi, guna mengamankan platformnya.

"Kami berkomitmen tinggi karena keamanan berhubungan dengan kelancaran usaha. Gojek sendiri memiliki inovasi seperti Go Shield yang dibangun dan dioperasikan oleh ahli keamana digital kelas dunia," kata Novi.

Investasi Gojek untuk Keamanan Platform

Go Shield sendiri menggunakan teknologi AI untuk deteksi awal. Selain itu Gojek juga menghadirkan kemampuan penyamaran nomor telepon dan tombol darurat.

Belum lagi, kata Novi, Gojek berinvestasi dalam hal keamanan di back end.

"Untuk keamanan back end, investasinya besar karena di back end kami memastikan security management sangat tinggi," tuturnya.

Sementara itu, Ketua Siberkreasi Yosi Mokalu mengatakan, pada dasarnya penjahat siber menyasar kegiatan online yang terdapat banyak arus transaksi. Karena kini transaksi keuangan banyak melibatkan UMKM maka UMKM yang rentan jadi sasaran.

Terlebih menurutnya di kondisi pandemi, ada banyak orang yang menjalankan bisnis secara online dan pelaku UMKM hadir dari berbagai latar belakang pengetahuan yang berbeda. Oleh karenanya serangan pada UMKM terlihat sangat masif.

(Tin/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya