Duh, 5 dari 10 Perusahaan di Asia Tenggara Pakai Software Lawas

Berdasarkan laporan Kaspersky rupanya 5 dari 10 perusahaan di Asia Tenggara memakai software lawas dan belum ditambal.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 22 Feb 2021, 12:45 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2021, 12:45 WIB
Kaspersky
Kaspersky Lab (AP)

Liputan6.com, Jakarta - Studi terbaru Kaspersky mengungkap, lebih dari setengah (54 persen) organisasi di Asia Tenggara ternyata masih memakai software lawas dan belum ditambal.

Padahal, update rutin dapat meminimalkan risiko eksploitasi. Para pengguna juga disarankan menginstal versi software terbaru sesegara mungkin meski bagi organisasi, hal tersebut mungkin sulit dan memakan waktu.

Berdasarkan laporan Kaspersky, 38 persen UMKM dan 48 persen perusahaan di Asia Tenggara masih bekerja dengan OS yang belum ditambal (unpatched).

Padahal, 33 persen UMKM dan 43 persen perusahaan di Asia Tenggara merasa bersalah karena memakai software yang sudah ketinggalan.

General Manager Kaspersky untuk Asia Tenggara, Yeo Siang Tiong mengatakan, memang tampak memakan biaya bagi perusahaan untuk memperbarui atau memilih software legal, terutama di masa pandemi.

"Namun ini merupakan investasi yang dapat menghemat uang anda untuk periode jangka panjang," tutur Yeo, dikutip dari keterangan Kaspersky, Senin (22/2/2021).

Lebih lanjut Kaspersky menyebut, berdasarkan penelitian, perusahaan yang memakai software lawas dan belum ditambal bisa membayar USD 437 ribu lebih banyak jika terjadi data breach alias pelanggaran data.


Bisa sebabkan kerugian lebih banyak

Ilustrasi scammer memanfaatkan akses jarak jauh sebagai celah keamanan
Ilustrasi scammer memanfaatkan akses jarak jauh sebagai celah keamanan. Kredit: Kaspersky Lab

Jumlah ini 126 persen lebih tinggi dibanding perkiraan biaya sebesar USD 364 ribu untuk perusahaan yang memakai software terbaru.

Menurutnya, UMKM di Asia Tenggara juga bisa hemat 9 persen dari biaya terjadinya serangan jika mereka memakai software legal dan up-to-date.

Diperkirakan, total kerugian USD 94 ribu dari data breach tunggal terhadap perusahaan kecil hingga menengah dengan OS yang usang.

Selain dalam hal biaya, setengah dari UMKM dan perusahaan di Asia Tenggara juga mengaku mengalami serangan siber.

Hal ini disebabkan karena kerentanan yang belum ditambal dalam software dan perangkat yang digunakan. Hal ini 9 persen lebih banyak dari secara global.

Berikut adalah alasan mengapa perusahaan di Asia Tenggara tetap memakai software lawas:

- Sejumlah karyawan menolak bekerja dengan software dan perangkat baru

- Aplikasi internal tidak dapat berjalan di perangkat atau software baru

- C level yang dikecualikan dari rencana update perusahaan

- Tidak memiliki sumber dana yang cukup untuk update sekaligus


Saran Kaspersky

Untuk itulah Kaspersky menawarkan solusi Kaspersky Endpoint Detection and Response Optimum (KEDRO) untuk pelanggan baru dan eksisting.

Saran Kaspersky untuk meminimalisasi pelanggaran data akibat software lawas:

- Pastikan gunakan versi terbaru dari sistem operasi dan aplikasi yang dipilih

- Jika tidak mungkin update software, perusahaan disarankan mengatasi vektor serangan melalui pemisahan cerdas kerentanan node dari seluruh jaringan

- Aktikan penilaian kerentanan dan fitur manajemen tambalan dan solusi end-point

- Meningkatkan kesadaran keamanan dan keterampilan praktik keamanan siber bagi manajer IT

- Bisa mengaktifkan solusi perlindungan Kaspersky OS untuk kekebalan siber.

(Tin/Ysl)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya