LPEM UI: Dampak Positif GoTo Terhadap Ekonomi Digital Indonesia akan Berkembang

Mergernya Gojek dan Tokopedia menjadi GoTo disebut membawa dampak positif bagi perekonomian di Indonesia, terlebih lagi yang berada di sektor ekonomi digital.

oleh Arief Rahman H diperbarui 04 Jun 2021, 07:30 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2021, 07:30 WIB
Catat! Promo dan Diskon Menarik Belanja Online Spesial Kolaborasi Anak Bangsa
Kolaborasi Gojek dan Tokopedia (GoTo) mempersembahkan program Waktu Indonesia Belanja (WIB) melalui berbagai promo dan hadiah menarik. (Foto: Tokopedia.com).

Liputan6.com, Jakarta - Hadirnya grup hasil merger dua startup terkemuka Gojek dan Tokopedia disebut-sebut membawa dampak positif bagi perekonomian di Indonesia. Terlebih, pada sektor ekonomi digital. GoTo disebut akan jadi contoh bagi pelaku digital di negara lain.

Ekonom Digital dari Lembaga Penyedilik Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB Universitas Indonesia, Chaikal Nuryakin, menilai kehadiran GoTo membawa integrasi ekonomi.

Artinya kolaborasi ini akan meningkatkan efisiensi di tingkat entitas perusahaan baru dan menurunkan biaya yang dikenakan kepada pengguna. Selain itu juga akan menurunkan ongkos produksi mitra atau merchant.

”Dengan adanya kolaborasi keduanya juga mampu menarik UMKM konvensional untuk bertfranformasi ke digital,” kata Chaikal dalam seminar virtual bertajuk ‘Dampak Merging Antara Platforms: Studi Kasus Gojek dan Tokopedia’ baru-baru ini.

Menurut riset LPEM FEB UI pada 2019 lalu, kontribusi sebelum kolaborasi Tokopedia sebesar 1,1 persen dan Gojek sebesar 0,7 persen terhadap PDB Nasional atau secara total 1,8 persen.

Sedangkan dalam riset terbaru, ditemukan kontribusi total Gojek dan Tokopedia pasca merger ditaksir mencapai 1,9 persen sampai 2,1 persen dari PDB Nasional.

”Terdapat stimulus sebesar Rp 17 triliun sampai Rp 35 triliun kepada perekonomian dari kolaborasi Tokopedia dan Gojek,” tuturnya.

 

Tingkatkan Inklusi Keuangan

Chaikal optimistis, hadirnya GoTo akan berdampak positif terhadap peningkatan inklusi keuangan Indonesia. Hal itu mengacu pada studi yang dilakukan olehnya yang menyimpulkan ecommerce mampu menungkatkan inklusi keuangan Indonesia.

”Kita tahu ini kan target pemerintah untuk masyarakat Indonesia bisa masuk ke industri keuangan. Misalnya untuk distribusi bantuan pemerintah dan untuk akses terhadap modal usaha masyarakat UMKM,” katanya menjelaskan.

Dengan telah memiliki layanan pembayaran digital, Gojek akan mampu mengambil peran maksimal mencapai inklusi keuangan dari kolaborasi tersebut.

Sementara itu, Kepala OJK Institute, Agus Sugiarto melihat ada potensi inovasi yang akan dibawa oleh GoTo. Misalnya, akan muncul seiring dengan cashless maupun non-physical transaction yang semakin besar telah diterapkan.

”Kalau berkaca pada Global Competitiveness Index dari negara Indonesia masih jauh di level ASEAN maupun global. Kita berharap GoTo ini bisa membuat Global Competitiveness Index kita semakin maju,” katanya menambahkan.

Agus mengatakan saat ini pangsa ekonomi digital di Indonesia masih sekitar 5 persen dari PDB. Berada di bawah Thailand, Singapura, India yang sudah lebih dari 20 persen.

”Jadi GoTo bisa mendorong pertumbuhan ekonomi digital semakin berkembang, bisa memberikan kontribusi yang semakin besar kepada PDB, dan semoga bisa menyalip negara lain dan sekaligus juga bisa menjadikan Indonesia sebagai hub ekonomi digital minimal di Asia Tenggara,” harapnya.

 

Dorong Wirausaha

Sementara itu Peneliti Senior LPEM FEB UI, Prani Sastiono, menyoroti adanya dampak positif GoTo kepada kewirausahaan baik informal maupun formal.

"Kami menilai Gojek dan Tokopedia menurunkan barrier to entry dalam mendirikan usaha sehingga mendorong lebih banyak orang untuk berwirausaha," kata Prani.

Dengan asumsi demikian, Prani optimistis dampak positif terhadap PDB Indonesia bisa semakin besar. Ia juga mempertimbangkan Gojek yang sudah hadir di 200 distrik atau kabupaten dan Tokopedia juga kurang lebih digunakan di lebih dari 200 distrik.

”Kalau misalnya kolaborasi ini menurunkan barrier to entry dari Gojek ke distrik-distrik yang Tokopedia-nya sudah ada itu kan artinya mungkin ada demand (permintaan) untuk logistik di daerah-daerah tersebut. Itu juga akan menumbuhkan ekonomi,” ulasnya.

Di sisi lain, Ekonom Agustinus Prasetyantoko menilai kolaborasi semodel ini akan jadi contoh bagi pelaku digital di negara lain. Pasalnya, ia belum menemukan merger serupa layaknya Gojek dan Tokopedia.

”Kalau diperhatikan ini lah salah satu kontribusi yang kita sumbangkan. Justru ini akan direplikasi di tempat lain sebab saya tidak melihat di tempat lain,” tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya