Programmer Cilik Raup Rp 5,7 Miliar dari Jualan Token Digital

Seorang programmer cilik yang tinggal di London, Inggris, Benjamin Ahmed, diprediksi mendapatkan uang USD 400.000 (setara Rp 5,7 miliar) dari berjualan token digital.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 29 Agu 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2021, 14:00 WIB
Ilustrasi coding, pemrograman, programmer, programming. Kredit: Pexels via Pixabay
Ilustrasi coding, pemrograman, programmer, programming. Kredit: Pexels via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Seorang programmer cilik bernama Benjamin Ahmed bisa meraup USD 400.000 atau setara Rp 5,7 miliar dari menjual kode token digital (Non-fungible token). Usaha berjualan token digital ini dilakoni sekitar 2 bulan terakhir.

Dalam kesehariannya, jika sedang tidak bersekolah, bocah lelaki 12 tahun ini hobi berenang, berlatih taekwondo, hingga belajar coding.

Pada usianya yang ke-5, Ahmed mulai belajar programming setelah melihat sang ayah, Imran, bekerja sebagai pengembang web. Ahmed memulai programming dengan HTML dan CSS. Ia lalu lanjut meningkatkan kemampuan coding-nya dengan mempelajari bahasa program Javascript dan lainnya.

Baru beberapa bulan ini Ahmed tertarik ikut belajar mengenai non-fungible token (NFT) alias token digital, kontrak cerdas, atau code yang dikoleksi.

"Saya pertama kali mempelajari tentang token digital awal tahun ini. Saya begitu tertarik dengan NFT karena kamu bisa mentransfer kepemilikan sebuah NFT dengan mudah, menggunakan blockchain," kata Ahmed yang tinggal di London, seperti dikutip dari CNBC, Minggu (29/8/2021).

Token digital NFT merupakan aset digital yang unik, di dalamnya terdapat video klip atau file JPEG yang diwakili oleh kode yang direkam pada blockchain. Blockchain sendiri merupakan buku besar digital yang terdesentralisasi.

Tiap token digital NFT dapat diperjualbelikan seperti aset fisik, namun blockchain memunginkan kepemilikan dan validitas masing-masing bisa dilacak.

Ahmed yang tertarik dengan teknologi ini memutuskan untuk membuat koleksi token digital NFT miliknya sendiri. Koleksi pertama yang ia luncurkan musim panas ini terdiri dari 40 avatar berwarna warni yang disebut "Minecraft Ye Ha".

"Saya membuatnya dengan menghabiskan terlalu banyak waktu main gim Minecraft," kata Ahmed.

Ahmed pun menciptakan karya seni dan mengkodekan masing-masing, secara mandiri. Koleksinya tidak langsung laku, Ahmed mulanya hanya melihat proyek ini sebagai pengalaman alih-alih kesempatan mendapatkan untung. Ia hanya ingin terus berkreasi.

Bikin Proyek Kedua

Ilustrasi developer, full stack developer, programmer.
Ilustrasi developer, full stack developer, programmer. Kredit: Boskampi via Pixabay

Baru pada Juni 2021, Ahmed membuat kode "Weird Whales", yang merupakan koleksi NFT keduanya. Weird Whales menampilkan 3.350 paus dalam bentuk piksel dengan ciri berbeda-beda.

Dalam proyek ini, Ahmed menyatukan semacam meme menggunakan gambar ikan paus, ciri-cirinya mirip dengan CryptoPunks, pikselasi ikonik yang merupakan salah satu koleksi NFT pertama di dunia.

Proyek Weird Whale berbiaya USD 300 . Selama perjalanannya, Ahmed makin giat mempelajari coding dari tutorial dan mentor online yang bertemu di komunitas Discord. Salah satu pengembang proyek NFT bernama Boring Bananas pun mengirimi Ahmad naskah untuk dipakai sebagai template untuk mengkode Weird Whales.

"Ayah dan kakak saya sangat bersemangat dan takjub terkait bagaimana token digital dibuat. Kami pun membuat sejumlah pekerjaan pada website dan smart contract dan mengunggahnya dalam sebuah utas di Twitter.

Setelah dirilis Juli lalu, semua koleksi Ahmed terjual dalam 9 jam. Ia mendapat lebih dari 80 ether per hari. Karena menahan keuntungannya dalam ether, jumlahnya menjadi USD 255.000.

Ia juga mendapatkan tambahan 30 ether senilai lebih dari USD 95.000 dari penjualan kembali. Ahmed juga mendapatkan royalti 2,5 persen pada tiap penjualan sekunder.

Sejauh ini Ahmed sudah menghasilkan USD 350.000 dan pada akhir Agustus, pendapatannya diproyeksikan lebih dari USD 400.000 (Rp 5,7 miliar).

Bermimpi Jadi Seperti Elon Musk dan Jeff Bezos

FOTO: Elon Musk Jadi Saksi Sidang Akuisisi SolarCity
Elon Musk berjalan dari pusat peradilan di Wilmington, Delaware, Amerika Serikat, Senin (12/7/2021). Pemegang saham menuduh Elon Musk memperkaya dirinya serta keluarganya dengan kesepakatan yang terjadi pada 2016 terkait masalah akuisisi SolarCity. (AP Photo/Matt Rourke)

Saat ini Ahmed belum memiliki akun bank. Ia menyimpan kekayaannya itu di dompet uang kripto.

"Saya berencana menyimpan seluruh ether dan tidak akan menukarnya dengan uang. Mungkin ini bisa membuktikan bahwa di masa depan, orang tidak perlu punya akun bank dan hanya perlu punya dompet ether," katanya.

Meski begitu, Ahmed mungkin segera membuat akun bank untuk keperluan bayar pajak.

Tidak cukup di situ, Ahmed tengah mengerjakan proyek token digital lainnya. Ia juga memprediksi bakal lebih sukses ke depannya dengan meme di dalam bentuk token digital.

"Saya rasa meme akan memiliki nilai signifikan. Akan ada banyak proyek sejenis meme yang terhubung dengan token digital," katanya.

Menurut sang ayah, kuncinya adalah memiliki hak kekayaan intelektual (IP). Untuk itu ayah Ahmed, Imran, menghubungi pengacara demi mengurus IP dari Weird Whale dan proyek Ahmed mendatang.

"Saat orang membeli Weird Whale, orang berinvestasi pada saya dan masa depan saya. Jika saya terus seperti ini, saya mungkin bisa berakhir seperti Jeff Bezos atau Elon Musk," tutur Ahmed.

(Tin/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya