Liputan6.com, Jakarta - Facebook mengungkapkan, mereka berkomitmen untuk membuat platformnya tetap aman dari terorisme dan individu atau organisasi berbahaya.
Hal itu disampaikan oleh Nawab Osman, Head of Counter-Terrorism and Dangerous Organizations, Facebook Asia Pacific dalam temu media virtual, Kamis (2/9/2021).
Mengutip laporan di laman resmi Facebook, di kuartal pertama 2021 terdapat 9 juta konten terorisme yang diberantas media sosial tersebut secara global. Angkanya menurun di kuartal kedua menjadi 7,1 juta.
Advertisement
Baca Juga
Untuk organisasi berbahaya, di kuartal pertama, terdapat 9,8 juta konten yang dihapus, dan menurun menjadi 6,2 juta di kuartal kedua tahun 2021.
Dalam pemaparannya, Osman mengatakan ada 350 orang di Facebook yang bertugas untuk melawan terorisme dan kebencian terorganisir di platform tersebut.
Ia mengungkap, tim itu terdiri dari mantan akademisi yang ahli di bidang anti-terorisme, mantan jaksa dan penegak hukum, penyidik dan analis, serta insinyur.
Mereka juga bermitra dengan berbagai pakar eksternal secara global dalam bidang terorisme, kekerasan ekstrem, intelijen siber, dan perilaku online.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penilaian Suatu Entitas
Facebook juga dan menugaskan penelitian independen untuk menyesuaikan respons dengan lebih baik.
Tim Individu dan Organisasi Berbahaya adalah bagian dari tim yang lebih luas yang terdiri dari 35 ribu orang di Facebook, yang berfokus pada keselamatan dan keamanan.
"Di bawah kebijakan Individu dan Organisasi Berbahaya, kami tidak mengizinkan organisasi atau individu yang menyatakan misi kekerasan atau terlibat dalam kekerasan untuk berada di Facebook," ujarnya.
"Kami menilai entitas ini berdasarkan perilaku mereka di ranah online dan offline, dan yang paling signifikan, hubungan mereka dengan kekerasan."
Dalam menandai suatu ancaman, Facebook menandai entitas setelah melalui proses ketat yang dipimpin oleh tim spesialis global dan ahli.
Mereka mengatakan, proses penandaan mempertimbangkan baik perilaku di ranah daring dan luring. Mereka juga mempertimbangkan tujuan organisasi serta rekam jejak kekerasan di dunia nyata.
Advertisement
Gunakan Kecerdasan Buatan
Selain itu, Facebook juga memanfaatkan kecerdasan buatan (articial intelligence/AI) untuk mendeteksi dan menghapus konten yang terkait dengan kelompok teroris dan kebencian terorganisir.
Osman mengungkapkan, teknologi itu bisa mendeteksi teks yang disematkan dalam gambar dan video untuk membantu memahami konteks penuhnya.
"Dan kami telah membangun teknologi pencocokan media untuk menemukan konten yang identik atau hampir identik dengan foto, video, teks, dan bahkan audio yang telah kami hapus sebelumnya," kata Osman.
Antara April hingga Juni 2021, 99,7 persen konten terorisme dan 97,8 persen konten kebencian terorganisir yang ditindak, diidentifikasi menggunakan teknologi, seringkali sebelum ada yang melihatnya.
"Jika AI tidak yakin apakah konten melanggar atau tidak, kami perlu memahami bahwa pelaku ini semakin pintar dalam mengakali sistem kami," kata Osman.
"Jika AI tidak yakin akan gambar atau video tertentu itu melanggar, kami punya reviewer yang punya keahlian yang terkait, maka mereka yang akan memutuskan apakah konten tersebut melanggar standar komunitas atau tidak."
Bukan Kebijakan Baru
Beberapa teknik lain yang mereka gunakan untuk memerangi terorisme misalnya secara agresif mengumpulkan propaganda teroris dari kanal-kanal distribusi yang ada.
Facebook juga mencocokan gambar dan video untuk mencegah konten teroris yang telah diketahui di masa mendatang dan penggolongan untuk memahami teks yang mungkin menganjurkan terorisme atau kebencian terorganisir.
Facebook juga mengidentifikasi kelompok organisasi berbahaya dan materi terkait saat menemukan konten teroris yang diketahui serta mengidentifikasi organisasi dan individu berbahaya yang bekerja untuk membuat ulang akun yang sebelumnya dihapus.
Hal lainnya yang dilakukan Facebook adalah membagikan informasi di Facebook, Instagram, dan WhatsApp untuk menjaga semua platformnya tetap aman.
Osman menegaskan, kebijakan mereka bukanlah kebijakan yang baru dan sudah ada sekitar 10 tahun meski selalu dilakukan beberapa pembaruan dan penyesuaian.
Ia juga menyatakan mereka tidak pandang bulu dalam menegakkan aturan melawan kelompok ekstrimis. "Kami sudah menandai beberapa kelompok di seluruh spektrum politik, agama, dan sosial."
(Gio/Ysl)
Advertisement