Hadirkan Teknologi Web3, MU Jalin Kerjasama dengan Platform Blockchain

MU mengatakan bahwa kemitraan ini merupakan salah satu langkah klub untuk mempromosikan lingkungan yang hemat energi dan berkelanjutan melalui blockchain.

oleh Iskandar diperbarui 11 Feb 2022, 11:00 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2022, 11:00 WIB
MU Jalin Kerjasama dengan Tezos
MU Jalin Kerjasama dengan Tezos. Dok: manutd.com

Liputan6.com, Jakarta Manchester United (MU) mengumumkan kemitraan dengan salah satu platform blockchain kenamaan di dunia, Tezos. Kesepakatan ini akan menghadirkan teknologi Web3 kepada para penggemar MU melalui blockchain Tezos.

Mengutip laman Manutd.com, Jumat (11/2/2022), Tezos memungkinkan pengguna melakukan interaksi secara digital dengan cepat, aman, dan efisien tanpa perlu perantara.

CEO Aliansi dan Kemitraan Manchester United, Victoria Timpson, mengatakan bahwa kemitraan ini merupakan salah satu langkah klub untuk mempromosikan lingkungan yang hemat energi dan berkelanjutan.

Sementara Kepala Adopsi dan Pengembangan Bisnis Ekosistem Tezos, Edward Adlard, menuturkan perusahaan memungkinkan MU menggunakan teknologi blockchain dan Web3 untuk mengubah penggemar, pemain, tim, dan keterlibatan mitra.

Teknologi blockchain besutan Tezos dibangun dengan desain hemat energi sehingga bisa beroperasi dengan cara yang lebih bersih dan lebih ramah lingkungan dibanding sistem blockchain lainnya.

Sebagai informaai, kemitraan tersebut akan ditampilkan dalam alat pelatihan di klub Manchester United pria dan Wanita. Training-kit dengan logo Tezos akan digunakan skuad tim utama pertama kalinya untuk pertandingan akhir pekan melawan Southampton.

Tezos tahun lalu bermitra dengan McLaren Racing untuk membangun platform NFT, menyematkan token yang menggambarkan sejarah dan warisan tim.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Apa Itu Web3?

Cara Menulis Daftar Pustaka dari Internet
(sumber: iStock)

Selain metaverse, NFT, dan kripto, hal lain yang tengah hangat diperbincangkan di antara para pecinta teknologi adalah Web3.

Baru-baru ini, Elon Musk dalam sebuah wawancara, juga sempat menyinggung dan mengungkapkan sikapnya terhadap teknologi Web3.

Menurut Musk, Web3 baginya hanya lebih banyak pemasaran ketimbang kenyataan. "Saya tidak mengerti," kata bos SpaceX dan Tesla itu.

Selain itu, mantan CEO Twitter, Jack Dorsey, juga diketahui kerap beropini tentang Web3. Meski begitu, apa itu Web3?

Mengutip Wired pada Selasa (28/12/2021), bagi para penganutnya Web3 dianggap sebagai tahap berikutnya dari internet dan mungkin, pengorganisasian masyarakat.

Web 1.0 dianggap sebagai era desentralisasi, open protocol, di mana sebagian besar aktivitas online melibatkan navigasi ke halaman web statis individu.

Web 2.0, yang ada sekarang, merupakan era sentralisasi, di mana sebagian besar komunikasi dan perdagangan terjadi pada platform tertutup yang dimiliki perusahaan super kuat seperti Google, Facebook, dan Amazon.

Era Baca, Tulis, dan Miliki Sendiri dari Internet

Mengutip Coindesk, di Web 2.0, seseorang mungkin tidak hanya mengonsumsi konten, tetapi membuat konten sendiri dan mempublikasikannya di blog seperti Tumblr atau forum internet.

Munculnya Facebook, Twitter, dan Instagram dinilai membawa tahap berbagi konten ke tingkat yang lebih tinggi.

Lebih lanjut, perusahaan-perusahaan ini tunduk pada kontrol regulator pemerintah terpusat. Web3, dianggap bisa membebaskan dunia dari kendali monopoli tersebut.

Web3 bisa dipahami sebagai tahap "baca/tulis/milik sendiri" dari internet.

Ketimbang hanya menggunakan platform teknologi gratis dengan menukar data, pengguna bisa berpartisipasi dalam tata kelola dan pengoperasian protokol itu sendiri.

Ini berarti orang dapat menjadi peserta dan pemegang saham, bukan hanya pelanggan atau produk.

Platform dan aplikasi yang dibangun di Web3, tidak menjadi milik gate keeper pusat melainkan oleh pengguna, yang akan mendapatkan kepemilikan mereka dengan membantu mengembangkan dan memelihara layanan tersebut.

Di Web 3, saham ini disebut token atau cryptocurrency, dan mereka mewakili kepemilikan jaringan terdesentralisasi yang dikenal sebagai blockchain.

Kritik Terhadap Web3

Contoh sederhana dari sebuah hal yang bisa dilakukan di Web3 misalnya dalam industri game.

Biasanya gamer mengeluhkan bug dalam game, atau bagaimana patch terbaru mengganggu permainan. Dengan Web3, pemain dapat berinvestasi dalam game itu sendiri dan memberikan suara tentang bagaimana segala sesuatunya harus dijalankan.

Perusahaan Web 2 besar, seperti Meta dan Ubisoft, menciptakan dunia virtual yang didukung sebagian oleh Web 3.

Non-fungible token (NFT) juga akan memainkan peran besar dalam membentuk kembali industri game dengan memungkinkan pemain menjadi pemilik item yang tidak dapat diubah mereka bertambah.

Konsep ini bukan tanpa kritik, salah satunya dari Jack Dorsey.

Dalam serangkaian tweet, Dorsey berpendapat Web3 akan mengalihkan kekuasaan dari pemain lama seperti Meta dan Google ke perusahaan modal ventura seperti Andreessen Horowitz, bukan pengguna individu.

"Anda tidak memiliki 'web3.' VC dan LP mereka memilikinya," tulis Dorsey, merujuk pada perusahaan modal ventura dan investor mereka yang mendanai proyek Web3.

"Itu tidak akan pernah lepas dari insentif mereka. Ini pada akhirnya adalah entitas terpusat dengan label yang berbeda. Ketahui apa yang Anda hadapi," imbuhnya.

Infografis MU Menang 6 Kali Beruntun

Infografis MU Menang 6 Kali Beruntun
Infografis MU Menang 6 Kali Beruntun. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya