Nilai Bitcoin Anjlok ke Rp 478,8 Juta, Terendah Sejak Juli 2021

Coinbase menyebut, nilai Bitcoin saat ini turun ke posisi terendahnya sejak Juli 2021. Apa penyebabnya?

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 10 Mei 2022, 10:30 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2022, 10:30 WIB
Crypto Bitcoin
Bitcoin adalah salah satu dari implementasi pertama dari yang disebut cryptocurrency atau mata uang kripto.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai Bitcoin turun hingga di bawah USD 33.000, Senin ini. Penurunan nilai Bitcoin terus terjadi seiring dengan pasar Amerika Serikat yang bersiap untuk kemungkinan resesi.

Mengutip The New York Post, Selasa (10/5/2022), Coinbase menyebut, nilai Bitcoin jatuh sekitar 5 persen menjadi sekitar USD 32.934 (setara Rp 478,8 juta) pada Senin pagi pukul 9 pagi waktu setempat.

Saat ini, harga Bitcoin turun sangat drastis dari harga tertingginya sepanjang masa pada November 2021, yang mencapai USD 69.000 (sekitar Rp 1 miliar). Dalam enam bulan terakhir, nilai Bitcoin turun sekitar 50 persen.

Turunnya nilai Bitcoin ini juga dipicu oleh banyaknya investor yang menghindari risiko dengan melepaskan aset yang dianggap fluktuatif seperti token kripto dan saham perusahaan teknologi. Apalagi, Federal Reserve berencana menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi di AS.

Bank sentral AS tersebut berupaya memperketat kebijakan moneter setelah mengambil pendekatan lunak selama pandemi Covid-19.

Menurut COO platform kripto Stack Funds, Matt Dibb, "Saat ini semua yang ada di dalam kripto masih digolongkan sebagai aset berisiko, dan saat ini sebagian besar mata uang kripto tengah mengalami pukulan."

Di samping itu, kinerja sektor teknologi yang terlalu baik juga membuat investor menurunkan kepemilikan saham berisiko.

Bukan hanya Bitcoin, pasar kripto yang lebih luas juga mencatatkan kinerja yang lebih buruk. Pada periode yang sama, pasar kripto turun hampir 7 persen selama 24 jam terakhir, dari Senin pagi.

Misalnya, nilai tukar Ether turun sekitar 6 persen menjadi USD 2.397,48 (sekitar Rp 34,8 juta). Sementara nilai tukar Solana turun sekitar 8 persen menjadi USD 71,5 (setara Rp 1 jutaan).

Sekadar informasi, saat ini Bitcoin adalah mata uang kripto dengan nilai terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar yang melebihi USD 626 miliar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini

El Salvador Malah Beli Bitcoin

Bitcoin - Image by Benjamin Nelan from Pixabay
Ilustrasi Bitcoin

Berkaitan dengan turunnya nilai Bitcoin, El Salvador baru saja menambahkan Bitcoin senilai USD 15,5 juta atau sekitar Rp 225,6 miliar (asumsi kurs Rp 14.558 per dolar AS) ke neracanya, karena cryptocurrency terbesar itu saat ini masih melanjutkan penurunan.

Dilansir dari CNBC, Selasa (10/5/2022), dalam sebuah tweet pada Senin (9/5/2022) waktu setempat Presiden El Salvador, Nayib Bukele mengungkapkan negara itu membeli penurunan, menambahkan 500 Bitcoin lagi ke kas pemerintah.

Ini adalah pembelian koin terbesar di El Salvador sejak pertama kali mulai menambahkan mata uang digital ke neraca pada September 2021 bulan yang sama menjadi negara pertama yang mengadopsi bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah di samping dolar AS.

Bitcoin turun lebih dari 8 persen dalam 24 jam terakhir, dan turun hampir 55 persen dari tertinggi sepanjang masa November 2021. El Salvador membeli Bitcoin dengan harga rata-rata USD 30.744, menurut tweet Bukele.

Saat ini, cadangan total negara itu mencapai 2.301 Bitcoin, atau sekitar USD 71,7 juta dengan harga saat ini, berdasarkan data yang dilacak oleh Bloomberg.

Rangkaian Pembelian Bitcoin

Ilustrasi bitcoin dan ethereum (Foto: Unsplash/Thought Catalog)
Ilustrasi bitcoin dan ethereum (Foto: Unsplash/Thought Catalog)

Ini adalah yang terbaru dalam serangkaian pembelian saat penurunan selama sembilan bulan terakhir, di mana Bukele telah mengaitkan nasib politiknya dengan keberhasilan eksperimen Bitcoin negara itu. Bukele nampaknya harus bertaruh banyak karena kondisi pasar kripto saat ini sedang terjun bebas.

Selama berbulan-bulan, Dana Moneter Internasional (IMF) telah meratapi eksperimen Bitcoin Bukele. Pada Januari, IMF mendorong El Salvador untuk membuang bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah.

Direktur IMF menekankan ada risiko besar yang terkait dengan penggunaan bitcoin pada stabilitas keuangan, integritas keuangan, dan perlindungan konsumen, serta kewajiban kontinjensi fiskal terkait.

Laporan tersebut, yang diterbitkan setelah pembicaraan bilateral dengan El Salvador, kemudian “mendesak” pihak berwenang untuk mempersempit ruang lingkup undang-undang bitcoinnya dengan menghapus status bitcoin sebagai uang legal.

El Salvador telah mencoba sejak awal 2021 untuk mendapatkan pinjaman USD 1,3 miliar dari IMF. Upaya tersebut telah memburuk karena pertikaian bitcoin ini.

Penyebab Aset Kripto Masih Lesu

Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple
Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple

Pasar kripto masih melanjutkan keterpurukan sejak sepekan terakhir. Bitcoin dan kripto jajaran teratas lainnya masih stagnan bertahan di zona merah. 

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Senin (9/5/2022) siang, harga Bitcoin berada di kisaran harga USD 33.667 atau sekitar Rp 490,3 juta (asumsi kurs Rp 14.565 per dolar AS. 

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menuturkan, penurunan drastis yang dialami pasar kripto secara fundamental saat ini disebabkan oleh kenaikan suku bunga AS oleh the Fed untuk menekan inflasi. 

"Faktor yang mempengaruhi harga kripto terutama Bitcoin turun adalah kenaikan suku bunga di AS untuk menekan inflasi. Bank sentral global juga alami inflasi cukup tinggi dampak konflik Rusia-Ukraina. Apalagi negara yang berikan sanksi pada Rusia, inflasi-nya cukup tinggi,” ujar Ibrahim ketika dihubungi Liputan6.com, Senin (9/5/2022).

Pada Rabu mendatang, AS akan merilis data inflasi, menurut Ibrahim, kemungkinan tingkat inflasi akan mengarah ke 9 persen dari yang sebelumnya 8,5 persen. 

“Tingkat inflasi yang tinggi ini bisa membuat pemerintah AS ketar-ketir dan risiko terjadi resesi juga cukup besar. Resesi ini juga tidak hanya bisa terjadi di AS tapi di negara besar seperti Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya. Resesi ini juga dapat memicu penurunan harga kripto,” jelas dia. 

Di sisi lain, untuk Bitcoin Ibrahim mengatakan secara teknikal masih menunjukkan tren penurunan. Harga saat ini yang berada di kisaran USD 33.000 masih bisa terkoreksi lebih dalam lagi. 

(Tin/Ysl)

Lipsus Bitcoin
Infografis Bitcoin
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya