Kemkominfo: Smartphone Jadi Platform Terpopuler untuk Main Game di Indonesia

Menurut Kemkominfo, besarnya pasar penggunaan game perlu dilirik dan dimaksimalkan potensinya, serta mendorong penguasaan oleh game developer Indonesia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 08 Jul 2022, 09:30 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2022, 09:30 WIB
Ilustrasi Bermain Gim Online Mobile Legends
Ilustrasi Bermain Game Mobile. (Photo by Afif Kusuma on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki potensi pasar untuk industri game (gim) nasional yang sangat besar. Hal ini pun diamini oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo).

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemkominfo, Semuel A. Pangerapan mengatakan, alasan itulah yang membuat pemerintah memfasilitasi pengembangan ekosistem game nasional.

"Hal itu untuk mewujudkan Indonesia yang benar-benar mandiri dan menjadi tuan rumah di negara sendiri dengan kemajuan teknologi dan inovasi dalam industri gim nasional," kata Semuel.

Dalam konferensi pers Indonesia Game Developer Exchange (IGDX) 2022, Kamis kemarin, Semuel mengatakan sudah saatnya pengembang gim dari Tanah Air naik level untuk Indonesia terkoneksi yang semakin digital.

Dikutip dari siaran pers Kominfo, Jumat (8/7/2022), Semuel mengungkapkan, sektor industri game menjadi salah satu yang berkembang pesat selama pandemi Covid-19.

Laporan Peta Ekosistem Industri Game Indonesia tahun 2021 mencatat, pendapatan segmen game Indonesia dalam platform mobile dan fisik mencapai USD 1,074 miliar.

"Angka ini tentu merupakan potensi yang sangat besar untuk dikembangkan," kata Semuel tentang hasil laporan yang dirilis oleh Kemkominfo dan Niko Partners tersebut.

Meskipun begitu, disebutkan juga, pelaku industri lokal hanya menguasai dua persen dari pasar game Indonesia. Hal ini seperti terlihat dalam riset yang digarap Kemkominfo bersama Asosiasi Game Indonesia (AGI) pada 2020.

Selain itu, Semuel juga mengungkapkan, lebih dari 170 juta orang Indonesia bermain game di berbagai macam platform. Hal ini juga terdorong keberadaan smartphone sebagai platform terpopuler untuk bermain.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Smartphone Jadi Platform Bermain Game Terbanyak

Oppo A96 untuk bermain PUBG Mobile (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
Oppo A96 untuk bermain PUBG Mobile (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

"Sebanyak 84 persen pemain game Indonesia yang disurvei adalah pemain game melalui ponsel pintar disusul 43 persen pemain melalui komputer atau desktop," kata Semuel.

Lalu, tercatat 20 persen gamers Indonesia bermain melalui notebook atau laptop, sementara 9,5 persen melalui perangkat konsol.

Untuk waktu bermain, Kemkominfo mengungkapkan, gamers Tanah Air menghabiskan mayoritas waktu bermain di smartphone rata-rata 11 jam dalam sepekan.

Sementara, dalam laporan tersebut juga dicatat bahwa gamers PC di Indonesia bermain sekitar delapan sampai sembilan jam per minggu dan gamers konsol sekitar tujuh jam per minggu.

"Besarnya pasar penggunaan game tersebut, perlu dilirik dan dimaksimalkan potensinya, serta mendorong penguasaan oleh Game Developer Indonesia," kata Semuel.

Kemkominfo dan AGI pada tahun ini kembali menyelenggarakan IGDX dengan tujuan untuk mengeksplorasi pertumbuhan industri game lokal.

Menurut Semuel, tahun ini terdapat peningkatan skala, jangkauan, dan rangkaian kegiatan yang lebih variatif daripada IGDX tahun sebelumnya.

Program IGDX sendiri pertama kali diadakan pada tahun 2019. Untuk memfasilitasi pengembang gim, terdapat rangkaian sub-kegiatan antara lain IGDX Academy, IGDX Career, IGDX Business, dan IGDX Conference.

Pasar Game Indonesia Masih Didominasi Produk Asing

Garuda Indonesia perkenalkan karakter game online yang pertama dari Indonesia yang berjudul LOKAPALA: Saga of The Six Realms.
Garuda Indonesia perkenalkan karakter game online yang pertama dari Indonesia yang berjudul LOKAPALA: Saga of The Six Realms.

Sebelumnya, Asosiasi Game Indonesia (AGI) pernah mengatakan meski punya pasar yang bagus, industri game (gim) di Tanah Air masih didominasi oleh produk-produk asing.

Ketua AGI, Cipto Adiguno, dalam Rakornas Parekraf pada Selasa (29/9/2021) mengatakan industri game saat ini merupakan salah satu industri entertainment digital terbesar di dunia.

Cipto menyebut, pasar game Indonesia menempati peringkat 16 terbesar di dunia. Ia mengatakan, tiap tahun masyarakat menghabiskan hingga Rp 25 sampai 30 triliun untuk game.

"Pertumbuhannya salah satu yang paling cepat di 2020, diperkirakan naiknya 32 persen," kata Cipto dalam kegiatan yang disiarkan di kanal YouTube Kemenparekraf.

Cipto mengatakan ada beberapa hal yang memacu perrtumbuhan game di Indonesia, yakni penetrasi internet yang lebih baik, harga handphone yang lebih murah, dan pembatasan akibat pandemi membuat game menjadi hiburan yang mudah didapatkan di tahun 2020.

Menurut Cipto, dukungan pemerintah membuat industri game Indonesia tumbuh pesat dengan compound annual growth rate 51 persen dari tahun 2018 sampai 2019.

"Ini pertumbuhan yang luar biasa dibanding market yang tumbuhnya cukup besar. Di 2020 diperkirakan menghasilkan 8,64 juta dolar tapi sayangnya itu cuma setengah persen dari market kita," katanya.

 

 

Masih Banyak Ruang Bertumbuh

Cuplikan trailer dan gameplay DreadOut 2 (YouTube Digerati)
Cuplikan trailer dan gameplay DreadOut 2 (YouTube Digerati)

AGI memperkirakan, hingga 2025 Indonesia masih akan menjadi pasar. Menurut Cipto, sebagian besar game di Indonesia masih menghasilkan uang yang 'pergi ke luar negeri.'

"Kalau dilihat tahun 2020 kemarin berarti 99,5 persen dari 25 triliun itu pergi ke luar negeri," lanjut Cipto.

Cipto pun mengungkapkan, AGI sudah bekerja sama dengan berbagai kementerian dan lembaga untuk mencari cara agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga bisa menghasilkan produk yang kompetitif.

Lebih lanjut, Cipto pun menilai bahwa meski Indonesia sudah memiliki game-game yang sukses, angkanya masih di kisaran USD 1 sampai 3 juta.

"Kesuksesan ini pun tidak terjadi setiap tahun dari perusahaan yang sama. Jadi dalam konteks dunia, kita sebagian besar masih di tier 4. Jadi masih jauh dari kompetitor kita di luar sana," ujarnya.

"Namun bisa dilihat positifnya, masih banyak ruang untuk tumbuh. Karena di mana pun kita berada, kita bisa langsung menarget dunia," imbuh Cipto.

(Dio/Ysl)

Infografis Bisnis Game di Indonesia (Liputan6.com/Deisy Rika)
Infografis Bisnis Game di Indonesia (Liputan6.com/Deisy Rika)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya