Liputan6.com, Jakarta - Para pejabat eksekutif TikTok merencanakan berbagai skenario jelang larangan terhadap aplikasi tersebut di Amerika Serikat.
Dalam memo internal yang diterima The Verge, karyawan diberitahu bahwa perusahaan "terus merencanakan jalan ke depan" menjelang berlakunya keputusan pengadilan yang segera dikeluarkan, paling cepat Rabu 15 Januari ini.
Advertisement
Baca Juga
"Kami tahu, sangat meresahkan saat tidak mengetahui persis apa yang akan terjadi selanjutnya," demikian bunyi memo internal tersebut, dikutip dari The Verge, Rabu (15/1/2025).
Advertisement
TikTok juga menyebutkan, kantornya di AS akan tetap buka terlepas dari apa pun yang terjadi pada aplikasi tersebut dalam beberapa hari ke depan.
"RUU tersebut tidak ditulis dengan cara yang memengaruhi entitas tempat Anda bekerja, hanya (berpengaruh) pengalaman pengguna aplikasi TikTok di AS," demikian tulis memo tersebut.
Sementara itu, menurut sejumlah sumber suasana di kantor TikTok AS cukup suram. Seorang sumber menggambarkan situasi di kantor sangat megangkan.
Sumber lain mencatat, bahkan karyawan yang selamat dari upaya pelarangan TikTok di AS yang pertama, kini tampak gelisah.
Restu Tiongkok dalam Penjualan Bisnis TikTok di AS
Pemerintah Tiongkok yang dianggap memegang keputusan akhir atas penjualan TikTok disebut tengah mempertimbangkan untuk memberi izin Elon Musk membeli aplikasi tersebut.
Seorang miliarder real estate dan mantan pemilik tim baseball LA Dodgers, Frank McCourt, telah mengajukan proposal untuk membeli operasional bisnis TikTok di AS.
Bintang Shark Thank, Kevin O'Leary baru-baru ini menyetujui proposal McCourt yang dijuluki Project Liberty. Ia pun belum lama ini bertemu dengan presiden terpilih AS, Donald Trump.
Trump mengatakan, dirinya ingin menyelamatkan aplikasi tersebut dari pelarangan TikTok di AS dengan menegosiasikan semacam kesepakatan.
Namun, larangan tersebut saat ini akan mulai berlaku, hanya satu hari sebelum pelantikannya. Trump dijadwalkan untuk dilantik jadi Presiden AS pada 20 Januari 2025. Sementara, larangan TikTok mulai berlaku 19 Januari 2025.
Situasi ini menciptakan kemungkinan bahwa TikTok masih akan dilarang di negeri Paman Sam.
Advertisement
Memo Internal TikTok untuk Karyawan di AS
Atas nama tim SDM kami, ingin mengucapkan terima kasih atas ketahanan dan dedikasi yang terus Anda tunjukkan, terutama selama beberapa bulan terakhir saat kami mengajukan gugatan hukum atas larangan TikTok di AS. Sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung AS sebelum 19 Januari, kami tahu Anda memiliki banyak pertanyaan dan berharap kami dapat memberikan peta jalan yang jelas tentang langkah selanjutnya. Anda telah menunjukkan kesabaran dan komitmen yang luar biasa dan itu akan sangat penting di hari-hari mendatang. Kami tahu sungguh meresahkan karena tidak tahu persis apa yang akan terjadi selanjutnya.
Tim kepemimpinan kami tetap fokus pada perencanaan untuk berbagai skenario dan terus merencanakan jalan ke depan. Karena masih ada spekulasi media yang terus berlanjut, yakinlah bahwa kami akan mengomunikasikan fakta apa pun kepada karyawan kami secara langsung melalui saluran ini saat rinciannya semakin jelas.
Saya tidak dapat cukup menekankan bahwa kesejahteraan Anda adalah prioritas utama dan yang terpenting, saya ingin menegaskan bahwa sebagai karyawan di AS, pekerjaan, gaji, dan tunjangan Anda aman, dan kantor kami akan tetap buka, meskipun situasi ini belum terselesaikan sebelum batas waktu 19 Januari. RUU ini tidak ditulis dengan cara yang memengaruhi entitas tempat Anda bekerja, hanya pengalaman pengguna AS. Kami adalah bagian dari perusahaan global dengan lebih dari satu miliar pengguna. Bersama-sama, kita akan terus menavigasi situasi ini untuk melindungi Anda dan komunitas kami yang terdiri dari 170+ juta pengguna AS.
Tiongkok Pertimbangkan Jual TikTok ke Elon Musk?
Pemerintah China dikabarkan tengah mempertimbangkan rencana yang memungkinkan Elon Musk mengakuisisi operasi TikTok di Amerika Serikat (AS) guna mencegah aplikasi tersebut dilarang secara efektif.
Rencana kontingensi ini merupakan salah satu dari beberapa opsi yang dieksplorasi China seiring Mahkamah Agung AS yang tengah mempertimbangkan apakah akan menguatkan undang-undang yang menuntut ByteDance, perusahaan induk TikTok yang berbasis di China, untuk melepaskan bisnis TikTok di AS paling lambat 19 Januari 2025.
Setelah tenggat waktu tersebut, penyedia layanan internet pihak ketiga akan dikenai sanksi jika mendukung operasi TikTok di negara tersebut.
"Berdasarkan rencana itu, Elon Musk akan mengawasi X (dahulu Twitter) yang saat ini dimilikinya, maupun bisnis TikTok di AS," demikian menurut laporan Bloomberg, dikutip Selasa (14/1/2025).
Namun, para pejabat pemerintah China belum memutuskan apakah rencana tersebut akan dilanjutkan. Laporan dari Bloomberg menekankan bahwa rencana itu masih bersifat awal.
Masih belum jelas apakah ByteDance mengetahui rencana pemerintah China serta keterlibatan TikTok dan Musk dalam diskusi tersebut.
Para pejabat tinggi China sedang memperdebatkan rencana kontingensi terkait masa depan TikTok di AS sebagai bagian dari diskusi yang lebih besar tentang kerja sama dengan presiden terpilih Donald Trump.
Advertisement