Steve Ballmer Ungkap Penyesalan Terbesar Saat Jadi CEO Microsoft

"Saya cinta Microsoft. saya cinta segala hal tentang Microsoft." Tapi Steve Ballmer mengaku memiliki penyesalan.

oleh Bayu Galih diperbarui 25 Agu 2013, 13:13 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2013, 13:13 WIB
ballmer-130825b.jpg
Setelah memimpin Microsoft selama 13 tahun sebagai Kepala Eksekutif atau CEO, Steve Ballmer akhirnya mengumumkan rencana pensiun. Steve Ballmer mengumumkan akan segera mundur dari jabatannya dalam waktu 12 bulan ke depan, hingga Microsoft mendapatkan penggantinya.

Sebagai orang kepercayaan pendiri Microsoft Bill Gates, Steve Ballmer menduduki jabatan CEO yang menggantikan Bill Gates pada Januari 2000. Di masa kepemimpinannya, Ballmer memang bisa meningkatkan pendapatan dan laba Microsoft. Tapi Ballmer dianggap gagal dalam transformasi perusahaan dari pembesut software ke produsen hardware atau perangkat.

Tapi dalam wawancara kepada ZDNet yang Liputan6.com kutip Minggu (25/8/2013), Steve Ballmer mengungkap bukan kegagalan transformasi perusahaan sebagai penyesalan terbesarnya. Lalu apa penyesalan terbesar Steve Ballmer selama 13 tahun menjadi CEO Microsoft?

"Anda tahu, saya sebenarnya punya banyak kesempatan untuk berbuat kesalahan. Mungkin ini karena semua orang ingin fokus di periode A, atau periode B," kata Ballmer.

"Tapi hal yang paling saya sesali adalah mengenai apa yang kami lakukan dari Longhorn ke Vista. Saya bisa katakan mungkin itu hal yang paling saya sesali," ujarnya.

Windows Vista merupakan sistem operasi yang disiapkan untuk menjadi pengganti Windows XP. Microsoft membutuhkan waktu bertahun-tahun dalam mempersiapkan Vista, dan dalam proses pengembangan itu Vista memiliki kode nama Longhorn.

Tapi Vista tak laku di pasaran, pengguna PC bahkan lebih suka menggunakan Windows XP yang dirilis pada 2007. Salah satu penyebab kegagalan Vista adalah membutuhkan spesifikasi tinggi agar bisa menggunakan sistem operasi itu secara optimal. Tak heran jika Vista disebut sebagai salah satu 'produk gagal' Microsoft.

Karena Cinta

Meski punya penyesalan, Ballmer mengaku bangga menjadi bagian dari Microsoft. Apalagi Microsoft dianggap Ballmer sebagai pelopor kehadiran komputasi personal yang cerdas dan canggih. "Maksud saya, kami bisa dianggap 'melahirkan' itu di sepanjang '80an dan '90an, dan itu sangat sulit dipercaya memengaruhi kehidupan orang lain," ungkapnya.

Ballmer mengaku belum tahu apa yang akan dilakukannya setelah tak lagi menjadi CEO Microsoft. Saat pengumuman itu resmi dikabarkan, banyak yang memberinya ucapan selamat. Meski Ballmer memahami kalau ini merupakan hal yang harus dirayakan sebagai kabar baik, tapi tentu saja ada kesedihan yang muncul.

"Mungkin ini memang harus dirayakan. Tapi di satu sisi, ini merupakan hidup saya. Saya cinta Microsoft. saya cinta segala hal tentang Microsoft. Saya punya banyak saham Microsoft. Saya akan terus melanjutkan untuk memiliki saham Microsoft," ucapnya.

"Tapi rencana personal tentu saja saya tak bisa selamanya di sini. Mungkin ini saat yang tepat bagi saya untuk melangkah dengan pensiun," ungkapnya. (gal)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya