Jakarta, Kota Paling Banyak Adopsi Aplikasi Chatting

Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak mengadopsi aplikasi Over-The-Top (OTT), paling tinggi di Jakarta.

oleh Ervina Anggraini diperbarui 04 Sep 2013, 18:00 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2013, 18:00 WIB
ericcson-message-130904c.jpg

Menjamurnya perangkat ponsel pintar telah menggeser pola komunikasi ke arah tren digital. Tren ini ikut mendorong tumbuhnya aplikasi instant messaging (IM) di toko-toko aplikasi online yang diunduh untuk memudahkan komunikasi.

Layanan berbasis internet seperti Skype, WhatsApp, Line, Yahoo Messenger, Twitter adalah salah satu jenis layanan Over-The-Top (OTT). Layanan OTT dianggap mengancam operator telekomunikasi karena pendapatan dari SMS dan voice jadi menurun drastis karena konsumen beralih ke layanan OTT.

Hasil survei yang dilakukan oleh ConsumerLab Ericsson mengungkapkan, Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak mengadopsi aplikasi Over-The-Top (OTT). Layanan OTT paling tinggi berada di Jakarta dengan porsi 29%. Sementara di beberapa daerah lain seperti Jawa, Sulawesi Selatan, dan Banten relatif kurang dari 25%.

Menurut survei, pengguna ponsel di Indonesia minimal satu kali dalam sehari akan membuka aplikasi OTT seperti WhatsApp, BlackBerry Messenger, MSN Messenger, Faacebook Messenger, dan lain-lain.

Di Indonesia akses terhadap layanan OTT dengan menggunakan ponsel pintar sudah mencapai 56% dan 11% lainnya mengakses melalui ponsel fitur.

"Ada empat faktor utama yang membuat layanan OTT dapat meningkat pesat yakni adopsi smartphone, daya tarik untuk menggunakan aplikasi mobile, biaya layanan OTT yang lebih terjangkau dan tampilan antar-muka yang menarik," ucap Afrizal Abdul Rahim, Regional Head of Ericsson ConsumerLab South East Asia dan Oceania saat ditemui di Plaza Senayan, Jakarta, Rabu (4/9/2013).

Selain memanfaatkan aplikasi chatting, pengguna ponsel di Indonesia juga kerap menggunakan fitur lain yang telah disematkan dalam aplikasi tertentu. Sebanyak 28% pengguna ponsel pintar kerap menyaksikan tayangan video online seperti Youtube dan Netflix di perangkat mobile.

Sementara 5% lainnya menggunakan fitur panggilan telepon ke sesama pengguna aplikasi yang sama. Ada 6% pengguna ponsel di seluruh dunia memanfaatkan fitur panggilan video, namun tidak demikian dengan pengguna di Indonesia. Fitur yang satu ini masih belum tenar dan banyak dimaksimalkan oleh pengguna layanan OTT.

"Selain digunakan untuk mengakses layanan OTT konsumen di Indonesia juga kerap menggunakan smartphone untuk browsing internet (80%), email (41%), akses aplikasi (14%), sosial media (68%), dan video klip (28%)," tutup Afrizal.

(vin/dew)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya