Liputan6.com, Cicalengka - Agus Akmaludin melaju dengan sepeda motor ke lokasinya mengajar. Agus baru berusia 21 tahun, tapi sejak 6 tahun lalu tepatnya sejak ia masih remaja berusia 15 tahun, Agus telah jadi motor penggerak sekolah rakyat di Dusun Ranca Belut, Desa Tanjung Wangi, Cicalengka, Jawa Barat.
Mata pencarian warga di desa ini adalah bertani atau berladang. Dengan penghasilan terbatas, biaya transportasi anak ke sekolah umumnya tak terjangkau.
Dengan dukungan kawan-kawannya dari sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Agus memutuskan membangun sekolah rakyat gratis di dusun ini. Awalnya tidak mudah. Sebagian besar warga desa beranggapan anak-anak haruslah membantu pekerjaan orangtua di ladang.
Advertisement
Sedikit demi sedikit setelah kepercayaan warga bisa diraih, sekolah rakyat pun beroperasi. Intinya, sekolah ini jadi jembatan agar anak-anak bisa terus sekolah setidaknya hingga SMA.
Agus dan kawan-kawan bergantian dalam mengajar. Fasilitasnya tentu sangat sederhana, namun bukan berarti mutu seadanya.
Materi pelajaran sekolah ini disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Dengan demikian, siswa lulusan sekolah rakyat mampu ikut ujian seperti layaknya siswa sekolah formal lain.
Sekolah rakyat bahkan punya materi tambahan yang bermanfaat seperti pelajaran membaca Al Quran dan pengenalan wirausaha. Perjuangan Agus dan kawan- kawan kini didukung banyak sekolah negeri di sekitar.
Hingga sekarang, 80-an anak telah menikmati pendidikan sekolah rakyat. 30 murid di antaranya telah lulus dan melanjutkan sekolah di SMA.
Agus, mahasiswa semester 6 Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam ini siap terus berkarya.
Saksikan kisah kegigihan Agus dalam menjalankan peran sekolah rakyat bagi pendidikan anak-anak di Cicalengka selengkapnya dalam Sosok Minggu Ini yang ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (7/6/2015), di bawah ini. (Nda/Ado)