Prancis Buru Otak Serangan Paris, Visa Schengen Dibekukan

Abdelsalam Salah, dianggap sebagai orang berbahaya dan mengotaki serangan mematikan di Paris.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Nov 2015, 14:20 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2015, 14:20 WIB
Deretan Kabar Palsu tentang Serangan Teroris di Paris
Kabar-kabar palsu yang beredar terkait serangan teroris di Paris.

Liputan6.com, Paris - Dianggap sebagai orang yang berbahaya dan mengotaki serangan mematikan di Paris, Prancis, Abdeslam Salah kini jadi buronan paling dicari di Prancis. Pria berusia 26 tahun itu dituding sebagai otak serangan di Paris.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Senin (16/11/2015), sebenarnya Salah sempat dihentikan polisi pada Sabtu 14 November lalu, beberapa jam usai serangan di Paris, namun ia dilepaskan. Dia diyakini sebagai penyewa sebuah mobil VW Polo yang ditemukan di dekat Teater Bataclan, lokasi penembakan brutal yang menewaskan 89 orang.

7 Pelaku serangan Paris tewas. Salah seorang di antaranya Ismail Umar Mostefai, 29 tahun. Menyusul serangan itu, polisi menahan 3 orang dekat Mostefai, termasuk ayahnya.

"Ia (Mostefai) seorang yang pemalu. Jika kami tahu radikalisme Mostefai sejak awal, kami pasti akan melaporkannya untuk menghindari hal seperti ini. Kami juga berduka, seperti halnya orang lain," kata Ben Bammou, Presiden Asosiasi Multikutural Chartres.

Masih adanya tersangka penyerangan Paris yang belum tertangkap, membuat Prancis tetap siaga. Penjagaan di seantero Paris dijaga ketat tentara dan polisi. Minggu malam, seribu personel tambahan disiagakan di Paris. Hingga Selasa 17 November, 10 ribu tentara disiagakan di seluruh Prancis.

Sebagai bagian dari kesiagaan, Prancis untuk sementara membekukan visa schengen bagi para turis yang ingin ke Prancis. Visa schengen adalah visa perjalanan singkat untuk 26 negara yang tergabung Uni Eropa.

Sementara itu sebagai pembalasan atas serangan di Paris, Minggu malam, Prancis melancarkan serangan udara besar besaran ke Raqqa, kota di Suriah, yang secara de facto dikuasai dan diklaim negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sebagai ibukota mereka.

Bertolak dari Yordania dan Teluk Persia, 12 pesawat termasuk 10 jet tempur Prancis yang berkoordinasi dengan pasukan Amerika Serikat, menjatuhkan 20 bom di wilayah Suriah itu.

Serangan tersebut menghancurkan sebuah kamp pelatihan dan sebuah gudang amunisi. Laporan intelijen menyebutkan, di Raqqa inilah serangan Paris direncanakan. (Dan/Sun)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya