Liputan6.com, Jakarta - Kepada gunung, lembah, dan masyarakat di sebuah desa terpencil, Diadian Mokunimau mengabdi. Sebagai perawat di Puskesmas Bukapiting, Alor Timur Laut, Nusa Tenggara Timur, bersama timnya, Diadian membuka layanan kesehatan di lokasi yang sulit ditempuh.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Sabtu (20/5/2017), kondisi alam yang ekstrem tak membuat Diadian dan tim menyerah. Sebab, bagi mereka, jauh lebih penting memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Pengabdian juga telah membuat hidup I Gusti Agung Prana berubah. Berkat tangan dinginnya, Pemuteran, desa di ujung barat Pulau Dewata yang dulu kering dan tandus kini jauh lebih segar. Laut yang dulu rusak juga telah masuk ke dalam daftar destinasi terbaik di seluruh dunia.
Advertisement
Mendapatkan perlawanan dari masyarakat, bahkan sampai diludahi, tak membuat Agung Prana patah arang. Upayanya tak sia-sia. Program penyelamatan dengan metode biorock membuat terumbu karang tumbuh subur lebih cepat.
Lain lagi pengabdian yang dilakukan Abah Harun. Kakek di Tasikmalaya, Jawa Barat ini, secara sukarela membuat saluran air di kaki Gunung Galunggung.
Kiprah Abah Harun dimulai pada tahun 1965. Tak jarang warga menganggapnya sebagai orang gila. Tapi kini, warga setempat angkat topi.
Abah Harun bukanlah seorang kakek sembarangan. Sudah ada tiga saluran air hasil rintisannya dengan manfaat begitu besar untuk warga kampungnya yang kesulitan air.
Selama 62 tahun sudah Abah Harun mengabdi. Hasilnya, ribuan warga yang tersebar di dua desa dan lebih dari 500 hektare sawah telah teraliri air.
Uniknya, peraih Liputan 6 Awards 2017 ini tetap hidup miskin dan tak memiliki sebidang lahan pun. Bagi Abah Harun, pengabdiannya untuk masa depan anak cucu.
Saksikan video sosok sepuh peraih Liputan 6 Awards 2017 selengkapnya berikut ini.