Liputan6.com, Jakarta Tak ingin perbankan asing menguasai bank lokal, bank pemerintah diimbau untuk segera membeli Bank Mutiara. Alasannya, bank pelat merah tak akan mengubah secara keseluruhan konsep eks Bank Century.
Terlebih lagi, keberadaan eks bank Century di daerah sebetulnya memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri dibandingkan bank-bank lainnya.
Ditemui usai Diskusi Transformasi Bank Mutiara, di Jakarta, Minggu (2/3/2014), Pengamat Ekonomi Faisal Basri berkisah dirinya pernah diajak staf Bank Mutiara untuk berziarah ke makan Kepala Cabang Bank Century yang tewas karena dibunuh. Pengalaman ini diperolehnya ketika mengunjungi Bank Mutiara di daerah.
Advertisement
"Hubungan bank dan nasabah itu seperti saudara, Jadi sangat unik," ucap Faisal.
Dari sejumlah pertemuan yang dilakukannya dengan dua nasabah Bank Mutiara di Surabaya, Faisal juga menyanjung Bank Mutiara yang dianggapnya paling keren dan nomor satu di daerah.
Para nasabah, lanjut Faisal, umumnya berharap agar Bank Mutiara dibeli BUMN. Alasannya, pembelian oleh bank pemerintah akan memberikan kepastian bagi perusahaan. "Hanya saja mereka khawatir kepala cabangnya akan diganti, sehingga bisa berubah karakter," terang dia.
Dengan asas resiprokal yang selama ini dilakukan Bank Indonesia (BI), kepemilikan asing di bank lokal memang menjadi terbatas. Lewat kebijakan ini, bank pemerintah seharusnya mau membeli Bank Mutiara dalam proses lelang kali ini. Terlebih lagi, bank pemerintah telah menyiapkan aksi akuisisi dalam rencana bisnisnya.
Kepemilikan bank nasional dalam Bank Century diharapkan takkan banyak mengubah keberadaan bank tersebut. Sebab saat Bank Mutiara dikelola salah satu mantan petinggi Bank Mandiri, manajemen tidak melakukan perubahan arah dari sisi korporat maupun lainnya.
Jika langkah akuisisi ini tak bisa dijalankan, Faisal mengusulkan agar bank BUMN berkonsolidasi mengakuisisi Bank Mutiara atau membagi kepemilikan saham antara Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), bank pelat merah dan bank swasta.(Fik/Shd)