Sholat Tarawih 11 Rakaat Lama atau 23 Rakaat Cepat, Mana yang Lebih Utama? Simak UAH

Ustadz Adi Hidayat menegaskan bahwa baik 11 rakaat maupun 23 rakaat adalah pilihan yang sama-sama sah dalam sholat Tarawih, asalkan dilakukan dengan khusyuk dan sesuai tuntunan.

oleh Liputan6.com Diperbarui 13 Mar 2025, 10:30 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2025, 10:30 WIB
Ustadz Adi Hidayat (SS. YT. Short @nafassubuhtv)
Ustadz Adi Hidayat (SS. YT. Short @nafassubuhtv)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Perdebatan mengenai jumlah rakaat sholat Tarawih kerap muncul di kalangan umat Islam. Sebagian masyarakat lebih memilih 11 rakaat dengan durasi yang cukup lama, sementara yang lain lebih nyaman dengan 23 rakaat namun cepat. Lantas, mana yang lebih utama dalam pandangan Islam?

Pendakwah muda Ustadz Adi Hidayat (UAH) memberikan penjelasan berdasarkan hadis Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Menurutnya, sholat malam, termasuk Tarawih, tidak memiliki batasan jumlah rakaat tertentu.

“Berdasarkan hadis Nabi, sholat malam itu silakan ditunaikan oleh siapa saja dengan dua rakaat sebagai jumlah minimal,” ujar UAH dalam ceramahnya.

Ia menambahkan bahwa seseorang bisa terus menambah rakaat selama masih ada waktu sebelum masuk waktu Subuh. Namun, sholat tersebut harus diakhiri dengan satu rakaat sebagai penutup atau witir. Seperti dilansir dari sebuah tayangan video di kanal YouTube @Taffaquh_Ilmi, di mana ia membahas secara rinci dalil-dalil terkait sholat Tarawih dan jumlah rakaatnya.

UAH mengutip hadis dari Sahabat Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma yang tercantum dalam Shahih Muslim hadis nomor 749. Dalam hadis tersebut, Nabi tidak membatasi jumlah rakaat dalam sholat malam, melainkan hanya memberikan tuntunan untuk mengakhirinya dengan witir.

Dari hadis-hadis yang ada, kata UAH, Rasulullah sendiri lebih sering menunaikan sholat malam sebanyak 11 rakaat dengan pola 4 rakaat, 4 rakaat, lalu 3 rakaat witir.

Namun, ada pula riwayat yang menyebutkan bahwa sholat malam bisa lebih banyak dari itu, seperti yang dilakukan oleh Umar bin Khattab ketika menjadi khalifah. Umar menambah rakaat Tarawih hingga 20 rakaat ditambah 3 rakaat witir.

 

Promosi 1

Simak Video Pilihan Ini:

Bukan Jumlah Rakaat Ukurannya

Tarawih Umat Muslim Gaza
Umat Muslim Gaza Tarawih Dikelilingi Reruntuhan Masjid (Sumber: AP)... Selengkapnya

“Kalau Anda punya banyak kesempatan, silakan seperti Umar. Tambahkan 2+2+2 sampai ke 20 rakaat, lalu tutup dengan witir 3 rakaat sehingga menjadi 23 rakaat,” jelas UAH.

Meski demikian, UAH menekankan bahwa bukan jumlah rakaat yang menjadi ukuran utama dalam ibadah Tarawih, melainkan kualitas sholat itu sendiri.

“Yang jadi pertanyaan bukan banyaknya rakaat, tapi bagaimana kekhusyukan dan panjang bacaannya,” katanya.

Dari keterangan Aisyah radhiyallahu ‘anha, UAH menjelaskan bahwa Rasulullah tidak pernah mengerjakan sholat malamnya kecuali dengan khusyuk dan panjang bacaannya.

Ia menegaskan bahwa sholat Tarawih bukanlah ajang kecepatan, melainkan sebuah ibadah yang harus dilakukan dengan penuh ketenangan dan penghayatan.

Dalam praktik di masyarakat, sering kali ditemukan sholat Tarawih yang dilakukan secara cepat sehingga bacaan suratnya pun menjadi sangat pendek.

Hal ini, kata UAH, bisa mengurangi nilai ibadah itu sendiri karena tidak sesuai dengan tuntunan Nabi yang selalu membaca Al-Qur’an dengan tartil dan penuh penghayatan.

Lakukan Sesuai Tuntunan yang Terpenting

Sholat Tarawih Pertama di Masjid Istiqlal
Umat Islam melaksanakan Sholat Tarawih (Liputan6.com/Herman Zakharia)... Selengkapnya

Ia menambahkan bahwa sholat Tarawih yang dilakukan dalam waktu sangat singkat hingga kurang dari 10 menit berisiko menghilangkan esensi dari ibadah tersebut.

Sebaliknya, jika seseorang melaksanakan sholat dengan 11 rakaat namun dalam durasi yang lama dengan bacaan yang lebih panjang, maka itu lebih mendekati praktik Rasulullah.

UAH juga mengingatkan bahwa dalam beribadah, seseorang hendaknya tidak hanya fokus pada jumlah rakaat semata, tetapi juga memperhatikan kualitasnya.

“Sholat itu bukan sekadar jumlah, tapi bagaimana cara kita menunaikannya dengan baik,” kata UAH.

Ia juga mengingatkan agar masyarakat tidak mudah terjebak dalam perdebatan tentang jumlah rakaat yang justru bisa memicu perpecahan di antara kaum Muslimin.

Sebagai kesimpulan, UAH menegaskan bahwa baik 11 rakaat maupun 23 rakaat adalah pilihan yang sama-sama sah dalam sholat Tarawih, asalkan dilakukan dengan khusyuk dan sesuai tuntunan.

Yang lebih penting dari sekadar jumlah rakaat adalah bagaimana seorang Muslim bisa mendapatkan ketenangan dalam ibadah dan meraih keberkahan Ramadhan dengan penuh keikhlasan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya