Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terus bergerak menguat selama beberapa pekan terakhir. Penguatan tersebut dipicu oleh peningkatan ekonomi Indonesia yang berhasil menarik para investor asing untuk meningkatkan jumlah investasinya.
Â
Menanggapi hal tersebut, Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi menilai, defisit perdagangan Indonesia akibat impor minyak dan gas (migas) perlahan akan mengalami perbaikan. Hal ini jauh berbeda ketika nilai tukar rupiah anjlok sehingga impor migas menjadi penyumbang terbesar pada defisit neraca perdagangan.
Advertisement
Â
Menurut Lutfi, ekspor Indonesia akan terjadi perubahan terutama terkait struktur harga komoditi yang diekspor.
"Tapi pada saat yang bersamaan, ekspor Indonesia juga akan mengalami struktur harga yang lebih sulit, ini yang sekarang kami lihat," ujar Lutfi.
Â
Meski demikian, Lutfi menilai, penguatan rupiah ini akan membawa dampak positif lebih besar terhadap perekonomian Indonesia, sehingga diharapkan hal ini akan terus berlangsung.
Â
"Tapi saya merasa bahwa struktur perekonomian Indonesia membaik dan perekonomian dunia juga membaik. Jadi artinya perbaikan rupiah ini, secara struktural perekonomian dan perdagangan Indonesia menjadi lebih baik," tandasnya.
Â
Pada awal pekan ini, rupiah kembali mengalami koreksi sekitar 54 poin dibandingkan posisi terkuatnya di level 11.395 pada Jumat 7 Maret 2014. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) berada di kisaran 11.449 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (10/3/2014).