Fitch Ratings: Defisit Transaksi Berjalan RI Lebih Besar dari Target Pemerintah

Fitch Ratings memproyeksikan defisit neraca transaksi berjalan Indonesia bakal berada di level 3,1%.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 13 Mar 2014, 14:04 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2014, 14:04 WIB
pelabuhan-ekspor-impor-140121a.jpg

Liputan6.com, Jakarta Lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings, memperkirakan perekonomian Indonesia masih akan berjalan melambat meski tanda-tanda pemulihan global relatif mulai muncul.  Kondisi ini membuat defisit neraca transaksi berjalan Indonesia bakal lebih lebar dibandingkan target pemerintah.

Presiden Direktur Country Head Indonesia, Fitch Ratings, Baradita Katoppo memperkirakan defisit transaksi berjalan Indonesia akan berada di kisaran 3,1% di 2014. Proyeksi yang disampaikan ini lebih tinggi dari target pemerintrah di level 2,5%.

"Itu karena kami melihatnya nilai ekonomi Indonesia masih slowing down," terang Baradita dalam seminar Fitch Ratings, di  Jakarta, Kamis (13/3/2014).

Baradita mengakui, pemulihan ekonomi global memang relatif sudha muncul. Namun neraca perdagangan Indonesia kemungkinan masih akan lemah sehingga berdampak pada defisit yang makin besar.

Meski lebih tinggi dari target pemerintah, defisit transaksi berjalan yang dialami Indonesia dipastikan masih relatif aman dibandingkan negara lain.

Lebih jauh, Baradita memastikan defisit transaksi berjalan ini tidak akan mempengaruhi rating surat utang Indonesia yang sudah masuk kategori layak investasi dengan peringkat BBB minus.

Seperti diketahui, Indonesia sampai kini masih dianggap layak mengantongi peringkat layak investasi di tengah kondisi ekonomi dunia yang tengah tertekan. Kepastian ini diperoleh setelah lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings, mempertahankan rating BBB minus bagi surat utang jangka pendek Indonesia.

Fitch Rating juga memberikan outlook stabil untuk surat utang jangka panjang Indonesia.

Dalam penjelasannya, Fitch menilai pemerintah Indonesia tengah berupaya mengatasi dampak negatif pada neraca eksternal usai pasar keuangan dunia mengalami tekanan menyusul ekspektasi investor bahwa The Fed akan menarik program stimulus dalam waktu dekat. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya