Liputan6.com, New York - Perusahaan konsultan manajemen global McKinsey menemukan, penduduk kelas menengah di Indonesia berjumlah 45 juta jiwa dan sangat berisiko jatuh miskin dalam waktu cepat. Ekonom Bank Dunia di Jakarta, Matthew Wai-Poi menilai penduduk kelas menengah di Indonesia sangat berbeda dengan masyarakat dalam kategori serupa di negara-negara maju.
Seperti dikutip dari Financial Times, Rabu (16/4/2014), para penduduk kelas menengah di negara maju memiliki beberapa mobil, rumah, apartemen dan memiliki akses pengamanan sosial baik melalu negara atau swasta. Faktanya, penduduk kelas menengah di Indonesia dikategorikan sebagai masyarakat yang memiliki sepeda motor dan smartphone atau makan di restoran.
Dia menjelaskan, para penduduk kelas menengah di Indonesia sangat berisiko mengalami goncangan ekonomi saat terkena bencana alam, kehilangan pekerjaan atau ditinggalkan anggota keluarga lain. Matthew mengatakan, sekarang merupakan waktu yang tepat untuk mengkaji kembali definisi kelas menengah di negara berkembang seperti Indonesia.
Advertisement
Sejauh ini, berdasarkan definisi masing-masing, Boston Consulting Group (BCG) menyatakan terdapat 74 juta penduduk kelas menengah di Indonesia. Sementara itu, Asian Development Banks (ADB) menghitung sebanyak 146 juta jiwa penduduk kelas menengah atau 59% dari total populasi di Indonesia.
"McKinsey dan BCG menghitung ukurang pasarnya tapi tidak menilai sikap dan perilaku konsumsi masyarakat. Tapi kami melihat penduduk kelas menengah sebagai masyarakat yang tidak akan jatuh miskin tahun depan. Ini semua tentang sekuritas, keamanan kekayaan pribadi," jelasnya.
Hasil analisa Bank Dunia menunjukkan terdapat 96 juta penduduk Indonesia tinggal dengan pendapatan kurang dari US$ 1,9 per hari. Sementara itu, terdapat sekitar 107 juta penduduk yang tinggal dengan pendapatan senilai US$ 1,9 hingga US$ 4,5 per hari dan hidup dengan ekonomi terpuruk.
Sementara menurut Bank Dunia, penduduk kelas menengah merupakan warga yang hidup dengan pendapatan US$ 4,5-US$ 22,1 per hari dan tidak perlu mengkhawatirkan kekayaannya. Terdapat sebanyak 44 juta penduduk Indonesia yang masuk dalam kategori tersebut.
Masalahnya di Indonesia tak hanya para keamanan finansia para penduduk kelas menengah yang lebih rendah tapi juga selisih pendapatan yang semakin melebar. Sementara itu, Bank Dunia mengungkapkan, pertumbuhan konsumsi masyarakat miskin di Indonesia bahkan masih berada di level sangat rendah.
"Tumbuh 1% atau 2% saja tidak cukup untuk keluar dari perangkap kemiskinan. Tak cukup sampai Anda bisa mencapai level kelas menengah dengan tingkat pertumbuham konsumsi 5%-8%. Sementara saat ini, tingkat konsumsi kelas menengah di Indonesia masih berada di level 2% atau 4%," ungkap Matthew.