Pembangunan Smelter Indosmelt dan Nusantara Smelting Mangkrak

Belum ada kepastian besaran pasokan dari PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 14 Mei 2014, 17:34 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2014, 17:34 WIB
Smelter
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta Pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (Smelter) tembaga yang dilakukan  PT Indosmelt dan PT Nusantara Smelting terkatung-katung.

Direktur Utama Indosmelt Natsir Mansur mengatakan, saat ini pembanguan smelter menemui ketidak pastian. Pasalnya PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara belum menegaskan besaran pasokan bahan baku.

"Terkendala masalah quantity (jumlah pasokan). Supaya bisa beroperasi smelter itu kapasitas input minimumnya harus terpenuhi," kata Natsir, kepada wartawan di Jakarta, Rabu (14/5/2014).

Nastsir menambahkan, kedua perusahaan tersebut telah melakukan perjanjian jual beli bersyarat (Conditional Sales Purchase Agreement /CSPA) dengan PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara.

Namun, sampai saat ini belum ada kepastian besaran pasokan dari PT Freeport Indonesia dan PT Newmont Nusa Tenggara. Karena itu kedua perusahaan pengolah mineral tersebut menunda pembangunan smelternya.

"Pembangunan ini tertahan karena beberapa hal mulai bulan ke tiga terjadi deadlock terus difasilitasi pemerintah dengan Freeport dan Newmont deadlock masalah perhitungan quantity pabrik masing-masing," paparnya.

Natsir mengungkapkan, Smelter yang akan dibangun Indosmelt dapat mengola bahan baku konsentrat tembaga sebanyak 500 ribu ton per tahun dengan hasi produksi 120 ribu ton katoda, sedangkan smelter Nusantara Semelting dapat mengola bahan baku konsentrat tembaga sebanyak 800 ribu ton per tahun dengan hasi produksi 200  ribu ton katoda.

Jika tak kunjung mendapatkan jaminan pasokan, Natsir khawatir pembangunan smelter ini tidak kunjung terlaksana. (Pew/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya