Pengusaha Keramik Sebut Kenaikan Tarif Listrik Tak Masuk Akal

Kenaikan tarif listrik dapat menurunkan daya saing produk dalam negeri saat pasar bebas ASEAN.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 27 Jun 2014, 15:59 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2014, 15:59 WIB
Keramik
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menyatakan kenaikan tarif listrik untuk enam golongan pelanggan yang akan dilakukan pada 1 Juli nanti tidak realistis.

Ketua Asaki, Elisa Sinaga mengungkapkan, beban operasional para pengusaha keramik saat ini sudah cukup berat. Oleh sebab itu, para pengusaha keramik menolak keputusan pemerintah untuk menaikkan tarif tenaga listrik (TTL).

"Tolak, pertumbuhan ekonomi sedang menurun, masih ditambah depresiasi rupiah," katanya dalam di Kantor Direktorat Jenderal Ketenaga Listrikan Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (27/6/2014).

Elisa menambahkan, kenaikan listrik yang dilakukan dua bulan sekali mulai 1 Juli dan berakhir November nanti sangat tidak realistis. Soalnya, pemberlakuan kenaikan TTL tersebut sangat cepat sehingga pelaku industri keramik sulit untuk melakukan penyesuaian.

"Mematikan. Jangan mimpi, harusnya relitas. Kenaikan tersebut hanya melihat sisi pendapatan dari PT PLN saja, tidak melihat kondisi makro," tuturnya.

Menurutnya, seharusnya pemerintah tidak semena-mena melakukan kenaikan TTL. Efisiensi subsidi dijadikan alasan pemerintah menaikkan listrik dinilainya kurang tepat karena ada cara lain seperti penggunaan pembangkit berbahan bakar murah. "Dampaknya sekarang rata-rata industri itu biaya produksi naik."paparnya.

Dengan kenaikan listrik tersebut, menurut Elisa, dapat menurunkan daya saing produk dalam negeri saat pasar bebas ASEAN yang akan dilaksanakan 2015.

"Kita akan makin jauh, Indonesia hanya jadi pasar karena harga mereka lebih murah," pungkasnya. (Pew/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya