Liputan6.com, Jakarta - Indonesia masih mencatatkan defisit pangan karena nilai impor lebih besar dibanding ekspor. Pada semester I-2014, nilai impor pangan negara ini mencapai US$ 2,77 miliar atau sekira Rp 33,24 triliun. Dengan kondisi ini, julukan Indonesia sebagai negara agraris patut dipertanyakan kembali.
Pengamat Pertanian, Khudori sangat menyayangkan kebijakan impor pangan terhadap beberapa komoditas yang justru banyak diproduksi di Indonesia. Secara total, dia menyebut neraca perdagangan pertanian Indonesia masih mencatatkan surplus. Namun paling besar dikontribusi dari sub sektor perkebunan. Sementara sub sektor pangan, peternakan, dan hortikultura mengalami defisit.
Bahkan Direktur Utama PT Rajawali Indonesia (RNI), Ismed Hasan Putro mengatakan, jika produksi pangan nasional tidak mencukupi untuk kebutuhan masyarakat, maka pada 2020 Indonesia diperkirakan harus mengimpor pangan senilai Rp 1.500 triliun.
"Jagung, tebu, produk peternakan, susu, beras mestinya nggak harus impor karena kita mampu produksi sendiri komoditas ini," ucap Khudori saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Kamis (16/10/2014).
Impor, kata Khudori, terpaksa dilakukan pemerintah untuk menutup kekurangan kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri yang tidak mencukupi. Di sisi lain, sambungnya, pemerintah tak mampu membendung tingginya permintaan produk pangan karena dorongan dari peningkatan masyarakat kelas menengah Indonesia.
"Boleh lah impor komoditas yang memang susah produksi di dalam negeri, misalnya gandum, bawang outih karena butuh daerah yang sangat dingin," ujarnya.
Sebenarnya, tambah dia, pemerintah dapat mencari pengganti impor beberapa komoditas dengan produk pangan yang bisa ditanam di dalam negeri. Sebagai contoh, gandum dapat disubstitusi dengan tepung terigu. Dengan begitu akan banyak devisa yang bisa dihemat negara.
"Tapi mana mau melawan raksasa Bogasari atau negara yang menjadi kita sebagai outlet gandum pun nggak akan tinggal diam jika kita melakukan hal tersebut. Jadi tergantung keberpihakan pemerintah," tutur Khudori. (Fik/Ndw)
Rajin Impor Pangan, Masih Pantaskah RI Disebut Negara Agraris?
Indonesia diperkirakan harus mengimpor pangan senilai Rp 1.500 triliun pada 2020.
diperbarui 16 Okt 2014, 06:35 WIBDiterbitkan 16 Okt 2014, 06:35 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
3 Ciri Orang Munafik yang Perlu Diwaspadai dalam Kehidupan Sehari-hari
Mengenal Ciri Khusus Hewan dan Adaptasi Uniknya untuk Bertahan Hidup
Ini Ciri-Ciri Sel, Pahami Struktur dan Fungsi Dasar Kehidupan
7 Januari 1852: Lahirnya Dr. Wahidin Soedirohusodo, Dokter Priyayi yang Mencerdaskan Bangsa
Saksikan FTV Kisah Nyata Spesial di Indosiar, Selasa 7 Januari Via Live Streaming Pukul 13.00 WIB
Ciri-ciri Posesif yang Perlu Diwaspadai dalam Hubungan
Pahami Ciri Utama Poster dan Cara Membuatnya Agar Menarik
Ciri Radang Tenggorokan pada Anak, Ini Cara Tepat Mengatasinya
Sedang Dekat dengan Prilly Latuconsina, Intip 5 Pesona Omara Esteghlal Saat Berkepala Plontos
Cara Daftar Bansos: Panduan Lengkap Mendapatkan Bantuan Sosial Pemerintah
Ciri-Ciri Hamil 2 Bulan, Kenali Perubahan Fisik dan Emosionalnya
Ciri Tekanan Darah Tinggi, Penyebab, dan Pengobatannya