Alasan Pengembang Malas Bangun Ruko

Manajemen PT Intiland Development Tbk (DILD) mengungkapkan keberadaan ruko sebagai fasilitas kerja dianggap tidak efisien.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 05 Nov 2014, 15:02 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2014, 15:02 WIB
Ilustrasi perusahaan intiland
Ilustrasi perusahaan intiland (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Surabaya - Manajemen PT Intiland Development Tbk (DILD) mengungkapkan keberadaan ruko sebagai fasilitas kerja dianggap tidak efisien. Hal itu diungkapkan oleh Wakil Presiden Direktur dan Chief Operating DILD Sinarto Dharmawan.

Bukan tanpa alasan, dia mengatakan, ruko sendiri kerap kali hanya dibangun tak kurang dari tiga lantai. Sementara itu, dari semua lantai tersebut tidak semua termanfaatkan.

"Karena ruko itu produk pembososan nasional. Karena dia pendek tiga lantai. Yang bisa dipakai benar-benar kerja itu tidak ada setengahnya," tutur dia, di Surabaya, Rabu (5/11/2014).

Hal itu, tambah dia, karena untuk ruko harus menggunakan tangga untuk perpindahan antar lantai. Belum lagi untuk mencukupi kebutuhan makan para pekerja harus keluar ruko sehingga menghabiskan banyak waktu.

Atas dasar itu, Intiland malas membangun proyek Ruko dan memutuskan untuk mengembangkan proyek Spazio Tower yakni kawasan superblok di Surabaya Barat.

Namun begitu, dia mengaku mengembangkan Spazio Tower terhitung proyek yang tak banyak di Surabaya. Hal tersebut karena adanya stigma pengembang cari aman untuk tetap mengembangkan kawasan ruko.

"Cuma karena sudah terlanjur populer sehingga developer yang nggak mau kerja keras paling banter bikin ruko, karena waktunya singkat," tandas dia.

Untuk diketahui, Spazio Tower berdiri di atas lahan 5.380 meter persegi. Bangunan tersebut terdiri dari 20 lantai dengan luas bangunan 61.053 meter persegi. (Amd/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya