Liputan6.com, Jakarta - Kabar rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang tak kunjung jelas membuat masyarakat panik dengan membeli BBM berlebihan.
Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero) Hanung Budya mengatakan, telah terjadi peningkatan konsumsi BBM bersubsidi dalam kurun waktu dua minggu terakhir.
"Ada lonjakan dari rata-rata 81 ribu kiloliter (kl) per hari jadi 90 ribu kl," kata Hanung, di Kantor Pusat Pertamina, Rabu (5/11/2014).
Hanung mengungkapkan, peningkatan konsumsi tersebut merupakan bentuk kepanikan masyarakat yang berspekulasi atas rencana kenaikan harga BBM bersubsidi, sehingga masyarkat membeli bahan bakar lebih dari angka normal.
"Itu spekulasi, isi 10 liter jadi full tank," tegasnya.
Menurut Hanung, jika pemerintah segera memutuskan kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan kondisi akan membaik, konsumsi BBM akan mengalami penurunan.
"Prognosa kita akan kurang kalau pemerintah segera putuskan," ungkapnya.
Ia menambahkan, dengan kenaikan harga masyarakat akan lebih berhemat, selain itu karena harga BBM bersubsidi dengan harga BBM non subsidi semakin dekat, diperkirakan masyarakat akan beralih mengkonsumsi BBM non subsidi.
"Kalau naik biasanya hemat dan bergeser ke non subsidi. Kalau beda Rp 1.000, yang beralih ke pertamax cukup banyak dan kita sudah antisipasi," pungkasnya. (Pew/Ndw)