Liputan6.com, New York- Sebuah studi yang dilakukan oleh Harvard Business School mengungkapkan apa yang dibutuhkan perempuan untuk menjadi CEO sukses dan masuk ke daftar Fortune 500.
"Jika kita ingin perempuan menjadi pemimpin terbaik dan tercerdas, maka kita harus meyakinkan bahwa pekerjaan pertama setelah lulus harus bergerak dalam bidang bisnis," kata Sally Blount, dekan Kellog School of Management di Northwestern University.
"Mereka harus pergi jika ada pekerjaan besar lain menanti tanpa menghiraukan karir seperti apa yang ingin mereka kejar," tambahnya.
Advertisement
Tetapi, studi yang dilakukan Harvard Business School justru berkesimpulan sebaliknya. Studi ini sendiri didasarkan pada observasi 24 perempuan CEO yang masuk dalam daftar Fortune 500.
Alih-alih melompat-lompat pekerjaan, para CEO perempuan tersebut justru menghabiskan sebagian besar karir pada satu perusahaan dan tetap meniti karir dari sana.
Diketahui, lebih dari 70 persen dari 24 CEO yang masuk daftar Fortune 500 menghabiskan lebih dari 10 tahun di perusahaan yang dijalankannya.
Selain itu, banyak juga CEO perempuan yang menghabiskan puluhan tahun di satu perusahaan sebelum pindah ke perusahaan lain. Salah satu contohnya adalah CEO Avon, Sheri McCoy, yang menghabiskan 30 tahun di Johnson & Johnson.
Kemudian, temuan lainnya adalah panjang rata-rata waktu yang dihabiskan para perempuan ini dengan satu perusahaan sebelum menjadi CEO adalah 23 tahun. (Rio/Ndw)