Pertama Dalam Sejarah RI, Harga BBM Naik Saat Minyak Dunia Turun

Kenaikan harga BBM bersubsidi akan menjadi yang pertama kali dalam sejarah ditengah harga minyak dunia turun

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 15 Nov 2014, 14:45 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2014, 14:45 WIB
Tanggapan Jokowi Mengenai BBM
Pemerintah kembali melakukan pengendalian konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dengan menghapus premium di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang berada di jalan tol mulai 6 Agustus 2014.
Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla memastikan pemerintah segera menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Rencana pengumuman akan disampaikan oleh Presiden Joko Widodo setelah kembali dari lawatannya ke beberapa negara.
 
Menurut Ketua Komisi VII DPR Kardaya Warnika, keputusan pemerintah tersebut akan menjadi yang pertama kali dalam sejarah Indonesia, di mana kenaikan harga BBM bersubsidi dilakukan di saat harga minyak dunia justru sedang terjun bebas.
 
"Selama ini kenaikan harga BBM itu belum pernah dilakukan saat harga minyak dunia turun, jadi ini pertama kali dan aneh," kata‎ Ketua Komisi VII DPR RI, Kardaya Warnika di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (15/11/2014).
 
Apa yang direncanakan pemerintah Jokowi tersebut di luar prediksi mantan Dirjen Migas itu. Pasalnya, selama ini pemerintah justru menurunkan harga BBM saat harga minyak dunia juga turun.
 
Contohnya, China yang menurunkan harga jual BBM di SPBU pada 1 November lalu. Ini adalah ketujuh kalinya sejak Juli China menurunkan harga BBM-nya karena harga minyak mentah internasional terus merosot. 

"Memang indikator perubahan harga BBM itu ada dua, selain harga minyak dunia juga karena nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), tapi ini tidak relevan," tegasnya.

 Dirincikannya, selisih harga minyak dari yang tercantum di APBN-P 2014 dengan harga minyak sekarang yang ada di kisaran US$ 74,29 per barel sebesar 30 persen. Sementara di sisi lain. Pelemahan nilai tukar rupiah dijelaskannya ‎sebesar 5 persen.
 
"‎Kalau di-balance itu masih ada sisa penurunan 25 persen. Ini kemana? Jadi saya perkirakan pemerintah akan menurunkan, ternyata malah tidak," papar mantan Gubernur OPEC untuk Indonesia tersebut.
 
Untuk itu, Presiden Joko Widodo diminta untuk lebih transparan terkait berapa harga minyak sebenarnya dan memaparkan alasan kenaikan harga BBM kepada masyarakat.(Yas/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya