Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai penurunan harga minyak dunia sangat memberikan dampak positif bagi Indonesia terutama dalam hal neraca perdagangan.
Dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin, tercatat neraca perdagangan mengalami surplus sebesar US$ 0,02 miliar dolar AS setelah pada bulan sebelumnya mengalami defisit US$ 0,26 miliar.
Kinerja positif tersebut terutama didukung surplus neraca perdagangan nonmigas yang meningkat dari US$ 0,77 miliar pada September menjadi US$ 1,13 miliar pada Oktober.
Peningkatan surplus neraca nonmigas terutama didukung kenaikan ekspor lemak dan minyak hewan/nabati dan produk manufaktur seperti mesin/peralatan listrik, mesin-mesin/pesawat mekanik, kendaraan dan bagiannya, serta perhiasan/permata.
Menurut negara tujuan, peningkatan ekspor nonmigas bulan Oktober terutama terjadi ke negara Jepang, India, Singapura, Malaysia, dan Australia.
Peningkatan surplus neraca perdagangan tersebut juga dipengaruhi oleh turunnya impor nonmigas, seiring dengan moderasi permintaan domestik.
Impor nonmigas tercatat menurun dari US$ 11,89 miliar pada September menjadi US$ 11,75 miliar pada Oktober, terutama karena turunnya impor mesin dan peralatan mekanik, mesin dan peralatan listrik, dan kendaraan bermotor dan bagiannya.
Di sisi lain, defisit neraca migas mengalami peningkatan menjadi sebesar US$ 1,11 miliar pada Oktober dari US$ 1,03 miliar di September 2014, terutama karena turunnya ekspor minyak mentah.
Bank Indonesia memandang bahwa perkembangan neraca perdagangan sampai dengan Oktober 2014 ini akan berkontribusi positif dalam mendukung perbaikan kinerja transaksi berjalan kuartal IV-2014 dan keseluruhan 2014.
Bank Indonesia memperkirakan perbaikan kinerja neraca perdagangan ke depan akan didukung oleh peningkatan aktivitas ekspor seiring dengan perbaikan ekonomi global.
"Selain itu tren penurunan harga minyak dunia yang dapat mendorong berkurangnya tekanan pada defisit neraca migas," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara, Selasa (2/12/2014).
Bank Indonesia akan terus mencermati risiko global dan domestik yang dapat mempengaruhi prospek defisit transaksi berjalan dan ketahanan eksternal. (Yas/Nrm)