Liputan6.com, Jakarta - Dunia industri kreatif Indonesia mengalami perkembangan yang pesat sejak beberapa tahun terakhir. Hal itu bisa dilihat dengan kemunculan banyak perusahaan di bidang industri kreatif saat ini.
Salah satunya yang didirikan Ryan Gondokusumo melalui PT Sribu Digital Kreatif. Keuletan dan kreativitas serta kemampuan menangkap peluang membuat perusahaan yang dihidupi dari kreativitas ini sukses meraup omzet hingga mencapai miliaran rupiah.
Bagaimana seluk beluk Ryan dalam membangkitkan usahanya. Berikut penuturan pemuda ini seperti melansir laman Studentpreneur, Selasa (16/12/2014):
Awal mula usaha
Advertisement
Ryan memulai usahanya bersama beberapa rekan pada September 2011. Idenya berawal ketika masih kerja di perusahaan lama, sebuah agen perjalanan.
"Saat itu kami membutuhkan desain poster untuk marketing campaign high season. Hasil yang kami dapatkan lewat inhouse desainer kurang memuaskan. Jadinya saya coba buat sebuah kontes di Kaskus dan dalam 5 hari saya mendapatkan 300 desain. Kami ingin nama yang mudah diucapkan dan dalam 5 menit, kami temukan nama Sribu," jelas dia.
Awalnya, dia mengaku hanya bersama salah satu rekannya Wenes saat memulai startup ini. Kemudian personel tim bertambah 15 orang dengan visi yang sama untuk menciptakan produk global.
Ryan bertugas menangani sebagian besar pekerjaan non teknis seperti operation, marketing, human resources dan investor relation. Sementara Wenes memimpin product development dan infrastruktur.
Berbeda dengan usaha lain, industri kreatif menuntut pembaruan dalam setiap produk yang dihasilkab. Ryan pun mengungkapkan alasan memilih crowdsourcing sebagai bisnis yang digeluti hanya karena idenya menarik.
Sedangkan alasan mengapa memilih website bisnis, dia menjawab itu karena pada waktu itu tidak mengira memerlukan banyak modal untuk memulainya. "Jadi, muncul ide untuk terjun kedalam dunia bisnis ini hingga seperti sekarang," kata dia.
Bisnis yang digeluti
Frustrasi pastinya ada dan menjadi bagian ketika memulai usaha. Tiga bulan pertama sejak launching Sribu.com, dia mengaku baru memiliki satu klien, namun jumlah desainer yang register lebih dari 2.000 desainer.
Mendapatkan klien merupakan hal susah untuk bisnis baru karena brand dan trust level belum terbentuk, dan terlebih untuk Sribu karena konsep crowdsourcing masih sangat baru di Indonesia.
"Untuk mengatasi masalah ini, kita mulai menawarkan produk kami ke teman dekat dahulu sambil membuat testimonial yang kuat. Setelah itu klien lain akan menyusul.
Lantas apa sih jenis bisnis yang digeluti Ryan ini?. Dia menuturkan, Sribu adalah website yang menghubungkan antara klien yang membutuhkan desain dengan komunitas desainer.
Klien yang membutuhkan jasa desain dapat pesanan online melalui Sribu dan dalam 7 hari, klien akan mendapatkan ratusan desain yang dibuat dari komunitas desainer kami.
Sribu menawarkan 20 kategori desain mulai dari desain logo, desain cover buku, desain stationery, desain kemasan, desain website, banner, desain baju, penamaan dan lainnya.
Ryan mengklaim beberapa keuntungan menggunakan Sribu dibandingkan menggunakan agensi, freelance desainer, inhouse desainer adalah klien akan mendapatkan lebih dari 100+ desain dalam 7 hari dengan harga yang sangat terjangkau. Selain itu, desain pertama kurang dari 1 jam dengan revisi desain tanpa batas.
"Kami juga menawarkan sistem money back guarantee apabila tidak ada desain yang disukai maka bisa minta money back tapi tentunya terms & condition applied," kata dia.
Tantangan
Sebagai pioneer di crowdsourcing desain bisnis, awalnya sangat sulit untuk membuat klien menggunakan Sribu. Hal ini dikarenakan masalah sistem crowdsourcing yang sangat baru dan juga kepercayaan terhadap solusi desain online belum tinggi di Indonesia.
"Jadi, kami harus meyakinkan klien bahwa yang kami kerjakan pun memiliki kualitas yang jauh berbeda dengan tempat lainnya," dia bertutur.
Lalu, sudah berapa perusahaan yang sudah menggunakan jasa Sribu sampai sekarang dan berapa sih penghasilan yang didapat dari bisnis ini?.
Sejauh ini Sribu Digital dikatakan telah membantu kebutuhan branding dan desain UKM serta 1.500 klien besar secara global. Mayoritas klien besar berasal dari Indonesia, seperti Merpati, Wika, Jasa Marga dan Rice Bowl.
Sribu dikatakan memiliki 40 ribu desainer berkualitas yang telah terseleksi melalui sistem. Dengan desainer yang telah terseleksi ini, desain yang klien dapatkan tidak hanya banyak, namun sesuai dengan apa yang dicari
Saat ini, jumlah portofolio yang telah diupload di website Sribu mencapai 300 ribu portofolio dan jumlah payout lebih dari US$ 300 ribu.
Potensi besar
Hingga kini Ryan yakin usahanya masih akan terus berkembang. Sebab dari penilaiannya, dunia bisnis kreatif di Indonesia masih sangat berpotensi.
Permintaan klien yang membutuhkan solusi kreatif saat ini masih terbatas dan klien-klien tersebut masih perlu banyak diedukasi tentang pentingnya memiliki brand yang kuat.
"Memang memulai bisnis tidak mudah, namun mencoba adalah setengah dari keberhasilan. Ketika sudah terjun membuka usaha sendiri, pastikan memberikan komitmen penuh dan work smart," tandasnya.(Nrm)
* Tulisan lengkap bisa dibaca di http://studentpreneur.co/