Pasar Mebel Dalam Negeri Dijebol Produk Impor

Pertumbuhan produk mebel dan furnitur impor bisa mencapai 10 persen hingga 15 persen per tahun.

oleh Septian Deny diperbarui 19 Jan 2015, 18:24 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2015, 18:24 WIB
Mebel
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Permintaan akan produk mebel dan furnitur di dalam negeri tiap tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan properti. namun ternyata produsen mebel dan furnitur dalam negeri tak bisa memanfaatkan kesempatan tersebut.

"Lima tahun terakhir pasar domestik Indonesia besarnya berkali lipat, sama seperti kendaraan bermotor. Properti ukurannya karena banyak perumahan dan properti lain yang dibangun, dan setiap yang dibangun butuh mebel dan kerajinan," ujar Sekretaris Jenderal Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) Abdul Sobur di Jakarta, Senin (19/1/2015).

Namun sayangnya, permintaan yang tinggi ini tidak mampu diisi seluruhnya dari produk mebel dan furnitur dalam negeri. Sobur juga mengakui bahwa hampir seluruh produsen yang tergabung dalam AMKRI memasarkan produknya ke negara lain.

"AMKRI 99 persen kan eksportir, jadi yang jaga gawang di sini masih sedikit. Negara kita sendiri dijebol negara lain masuk," lanjut dia.

Dia memperkirakan, pada tahun lalu 45 persen pasar domestik diambil oleh produk dari negara lain. Dan hal ini bisa bertambah parah dengan hadirnya retail peralatan rumah tangga seperti IKEA yang rencananya melakukan ekspansi dengan kembali membuka 4 toko, antara lain 2 toko di Jakarta, masing-masing 1 toko di Medan dan Surabaya.

"Data saya tahun lalu, potensi pasar dalam negeri sekitar Rp 10 triliun dalam setahun, tapi saya pikir kenyataannya bisa lebih besar. Kalau 45 persen diambil impor, berarti angkanya sudah mendekati Rp 4,5 triliun hingga Rp 5 triliun. Saat itu belum ada IKEA," jelasnya.

Sobur menyatakan, pertumbuhan produk mebel dan furnitur impor bisa mencapai 10 persen hingga 15 persen per tahun. Sehingga jika terus dibiarkan, pasar dalam negeri bisa diambil oleh produk impor.

"Tahun ini bisa 100 persen (dikuasai produk impor) kalau ada negara lain buat produksi yang lebih murah. Informa saja bisa 90 persen produk China semua," tandasnya. (Dny/Gdn)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya