DPR Khawatir Konflik Palestina-Israel Bikin Harga Minyak Naik

Ketua Komisi VII DPR Kardaya Warnika mengkhawatirkan konflik Timur Tengah antar Israel dengan Palestina kembali pecah.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 29 Jan 2015, 15:01 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2015, 15:01 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi Tambang Minyak 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Komisi VII DPR Kardaya Warnika mengkhawatirkan konflik Timur Tengah antar Israel dengan Palestina kembali pecah, sehingga akan memicu kenaikan harga minyak dunia.

Hal tersebut diungkapkan Kardaya saat menentukan besaran harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) dalam asumsi makro Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2015.

Dalam menentukan ICP, sebaiknya pemerintah memperhitungkan faktor eksternal yang memiliki pengaruh kuat pada fluktuasi harga minyak dunia.

"Tadi malam ada kejadian tentara Israel ditembak, pasnya kalau Israel ngamuk harga minyak rebound. Kalau saya si tentara Israel ditembak tiga itu akan ngamuk," kata Kardaya dalam rapat asumsi makro di ruang rapat Komisi VII, gedung DPR, Jakarta, Kamis (29/1/2015).

Dengan melihat kondisi harga minyak dunia saat ini, Kardaya mengajukan besaran ICP dalam APBN-P 2015 pada kisaran US$ 55-US$ 60 per barel.

"Kalau kita ini mungkin US$ 55 batas bawah," tuturnya.

Di rapat tersebut, pemerintah mengajukan besaran ICP US$ 70 per barel pada RAPBN-P 2015. Pelaksana tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) I Gusti Nyoman Wiratmadja mengungkapkan, besaran ICP tersebut berpatokan pada harga rata-rata harga minyak Brent dan WTI yang masing-masing sebesar US$ 68 per barel dan US$ 62 per barel.

"Dari data itu proyeksi ICP berkisar US$ 65-US$ 75 per barel. Kami usulkan ICP US$ 70 per barel," pungkasnya. (Pew/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya