Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah mengkaji dua opsi harga elpiji tabung ukuran 3 kilogram (kg), untuk menghindari kerugian PT Pertamina (Persero) dan agen akibat terus meningkatnya biaya transportasi dalam lima tahun terakhir. Sejak 2009, harga elpiji ukuran 3 kg belum pernah mengalami perubahan.
Pelaksana Tugas Dirjen Migas IGN Wiratmadja menjelaskan, opsi yang tengah dikaji adalah menaikkan harga elpiji Rp 1.000 per kg atau menambah subsidi sebesar Rp 2 triliun yang berasal dari pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan PT PLN (Persero).
Rencana keputusan mengenai harga elpiji ukuran 3 kg ini ditargetkan dapat diumumkan Februari. "Belum tentu akan dinaikkan harganya di masyarakat. Tapi yang jelas cost untuk mengadakan elpiji 3 kg itu naik. Biaya internasional juga naik," ujar Wiratmadja dilansir dari situs Ditjen Migas, Jumat (30/1/2015).
Advertisement
Dijelaskan Wiratmadja, kenaikan biaya pengadaan elpiji ini terutama akibat meningkatnya biaya transportasi dalam lima tahun terakhir. Kenaikan biaya ini juga dirasakan oleh agen dan penyalur.
Usulan untuk menaikkan harga elpiji ukuran 3 kg berasal dari PT Pertamina yang merasa keuntungannya sangat kecil. Berdasarkan usulan itu, Pemerintah dan BUMN melakukan pembahasan lebih lanjut.
Selain faktor biaya transport yang terus meningkat, faktor lain yang menjadi bahan kajian adalah tingginya disparitas harga elpiji ukuran 12 kg dan 3 kg yang berakibat terjadinya migrasi ke elpiji ukuran 3 kg.
"Banyak masyarakat yang tidak berhak akhirnya menggunakan elpiji 3 kg karena harganya yang murah," imbuh Wiratmadja. (Ndw)