Liputan6.com, Jakarta - Industri penerbangan Indonesia akhir-akhir ini menjadi sorotan dunia. Setalah pemberitaan sebelumnya diramaikan dengan pemberitaan kecelakaan AirAsia tujuan Surabaya-Singapura di Selat Karimata yang menewaskan seluruh penumpangnya, kini semua mata beralih ke Lion Air.
Tak hanya diberitakan di media lokal, sejumlah media asing juga turut melaporkan berita terlantarnya penumpang Lion Air hingga berhari-hari di Bandara Internasional Soekarno Hatta.
Baca Juga
Akibatnya ribuan penumpang yang berada di Terminal 1A dan Terminal 3 tersulut emosi. Tindakan anarkis dilakukan para penumpang mulai dari berteriak-teriak, memukul meja menyandera karyawan Lion Air hingga pesawat yang ada di apron Bandara, serta menutup pintu masuk bandara.
Advertisement
Media asing seperti Reuters menyoroti pengetatan peraturan penerbangan yang dilakukan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akhir-akhir ini nampaknya belum terlihat di pelayanan maskapainya.
Tak lupa permintaan maaf dari Pendiri Lion Air, Rusdi Kirana juga turut menghiasi berita di media tersebut. "Saya meminta maaf kepada penumpang kami dan kami memberi mereka kompensasi, kami mengerti bahwa kita membuat kesalahan," kata pendiri Lion Air, Rusdi Kirana>
Dalam industri penerbangan, Reuters menilai Lion Air sebenarnya salah satu maskapai yang memiliki perkembangan bisnis yang sangat pesat. Hal itu dilihat gebrakannya membeli pesawat Boeing dan Airbus secara besar besaran.
Tidak hanya Reuters, Bloomberg juga mengupas kasus Lion Air yang banyak kalangan menilai ini kejadian delay terparah sepanjang sejarah maskapai di Indonesia.
Kasus delay Lion Air ini menjadi sebuah kemunduran dari perusahaan yang mana padahal pendiri Lion, Rusdi Kirana menjadi anggota dewan penasehat Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sementara di Wall Street Journal, pemberitaan yang diangkat adalah pembuktian rendahnya komitmen maskapai berbiaya murah tersebut dalam memenuhi hak-hak para penumpang yang menjadi korban keterlambatan pesawat.
Media yang bermarkas di Amerika Serikat (AS) ini juga menggaris bawahi mengenai ketidak mampuan Lion dalam memenuhi hak-hak para penumpang dengan akhirnya terpaksa meminjam dana dari PT Angkasa Pura II (Persero) sebagai BUMN pengelola bandara sebesar Rp 4 miliar.
Kurangnya kulaitas pelayanan yang berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia dalam sebuah maskapai diulasnya menjadi satu hal yang harus kembali diperbaiki oleh kementerian perhubungan. (Yas/Ndw)