Operator RS Tak Khawatir Meski Rupiah Tertekan

Pengeluaran alat medis sekitar 5-10 persen dari total pengeluaran PT Mitra Keluarga Karya Sehat Tbk.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 16 Mar 2015, 17:28 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2015, 17:28 WIB
RS Mitra Keluarga

Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk mengaku tak khawatir kendati penguatan dolar Amerika Serikat (AS) mendorong rupiah hingga tembus angka 13.200 per dolar AS.

Direktur Utama PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk, Rustiyan Oen menerangkan, memang sebagian alat medis didatangkan dari luar negeri. Meski demikian, itu hanya mengambil porsi kecil dari pengeluaran perseroan.

"Memang paling besar untuk pembelian alat medis seperti CT scan, tapi 5-10 persen," kata dia di Jakarta, Senin (16/3/2015).

Ia menambahkan, kalau kebutuhan lain seperti obat diperoleh dari dalam negeri sehingga tidak terpengaruh meski dolar AS menguat. "Obat belinya pabrik lokal dalam rupiah, komponen dolar tidak pengaruh. Yang pengaruh pabrik obatnya," ujar Rustiyan.

PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk juga menggelar penawaran saham perdana/initial public offering (IPO). Saham yang ditawarkan dalam rangka penawaran saham perdana/IPO itu ada sekitar 73,75 juta saham baru dan sekitar 189,15 juta saham biasa milik pemegang saham Lion Investments Partner B.V.

Dengan IPO, perseroan bakal menerima dana segar sekitar Rp 4,45 triliun yang terdiri dari Rp 1,23 triliun saham baru dan Rp 3,21 triliun saham divestasi milik Lion Investment Partners.



Penggunaan dana ini sebanyak 56 persen untuk rumah sakit 56 persen di Jabodetabek dan Surabaya, 20 persen untuk pembelian alat dan infrastruktur teknologi informasi, 16 persen untuk pembelian tanah, dan 8 persen ekpansi rumah sakit yang sudah ada.

Selain Kresna Graha Sekurindo, pihak Mitra Keluarga menunjuk juga PT Morgan Stanley Asia Indonesia, PT UBS Securities Indonesia, PT Deutche Securities Indonesia, dan PT CIMB Securities.

Seperti diketahui, pada perdagangan Senin ini rupiah kembali menyentuh angka 13.200 per dollar AS di tengah pelaku pasar menanti pertemuan Bank Sentral AS (The Fed).

Data valuta asing Bloomberg menunjukan pelemahan 0,29 persen ke level 13.243 per dollar AS. Sebelumnya, nilai tukar rupiah juga sempat menyentuh level terendah sejak 1998 di kisaran 13.249 per dolar AS pada perdagangan pukul 10:42 waktu Jakarta. Di awal pekan ini, nilai tukar rupiah masih berfluktuasi melemah di kisaran 13.210 - 13.249 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate mencatat nilai tukar rupiah melemah ke level 13.237 per dolar AS. Angka tersebut melanjutkan pelemahan dari perdagangan pekan lalu. (Amd/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya