Jamin Stok Aman, Mendag: Impor Beras Opsi Terakhir

Mendag Rachmat Gobel mengaku bertanggung jawab terhadap pengamanan ketersediaan dan stabilisasi harga komoditas pangan di pasar.

oleh Nurmayanti diperbarui 09 Mei 2015, 09:42 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2015, 09:42 WIB
Harga Beras Kian Melonjak
Pekerja saat mengemas beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Selasa (24/2/2015). Harga beras sejak 9 Februari 2015 melonjak hingga 30 persen, hal ini disebabkan belum meratanya panen di daerah produsen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel memastikan stok beras menjelang pelaksanaan Ramadan dan Lebaran dalam kondisi aman dengan harga yang stabil.

Dengan melihat kondisi ini, dia meyakinkan jika impor beras merupakan langkah terakhir yang akan diambil pemerintah.

"Impor itu opsi terakhir yang harus ditempuh untuk memperbesar stok minimal Bulog sebagai cadangan beras
pemerintah," kata Rachmat dalam keterangannya, Sabtu (9/5/2015).

Dia mengakui Kemendag bertanggung jawab terhadap pengamanan ketersediaan dan stabilisasi harga komoditas pangan di pasar, sekaligus sebagai salah satu lembaga yang ikut menjaga pengendalian laju inflasi.

Bahkan, upaya mengamankan stok beras nasional, pihaknya bersama Kementerian Pertanian dan Bulog tengah melakukan verifikasi data stok beras nasional.

Selanjutnya, perkembangan data stok beras secara berkala akan dilaporkan kepada presiden, wakil presiden, menteri sekretaris negara, kepala staf kepresidenan, dan menteri terkait lainnya.

"Perkembangan stok beras nasional ini akan menentukan kebijakan pemerintah dalam melakukan stabilisasi harga di pasar, termasuk dalam menentukan operasi pasar di sejumlah wilayah yang terjadi gejolak harga," tutur Rachmat.

Dengan demikian, kekurangan pasokan beras untuk kebutuhan pangan masyarakat bisa dipenuhi dengan baik sehingga tidak terjadi lonjakan harga yang dapat merugikan rakyat, serta mempengaruhi perekonomian nasional dan kesejahteraan petani. Sebab, pada umumnya petani juga konsumen beras.

Mendag memastikan opsi untuk menambah stok beras akibat anomali cuaca yang mempengaruhi kegiatan musim tanam dan panen segera diatasi dengan tetap mengikuti garis kebijakan dan instruksi Presiden. Kemungkinan panen raya masih akan terjadi di bulan Juli. "Koordinasi Kementerian akan kami lakukan dengan intensif, untuk menjaga hal-hal yang tidak kita inginkan," ujarnya.

Sampai saat ini, dia menambahkan, Kemendag tetap akan mengacu kepada kebijakan presiden terkait beras. Langkah itu dimaksudkan mencapai kedaulatan pangan.

Mengurangi ketergantungan impor pangan merupakan tindakan yang strategis untuk mencapai swasembada pangan, meningkatkan ekonomi petani, dan memperkuat kinerja serta aktivitas di sektor pertanian.

"Hal ini untuk menegaskan langkah, target, dan keinginan pemerintah menjadi negara dengan ketahanan pangan yang kuat," pungkas Mendag Rachmat.

Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya menuturkan, pemerintah mempertimbangkan opsi impor beras bila cadangan nasional beras tidak memenuhi target setelah musim panen mendatang. Impor beras untuk menutupi kekurangan secara nasional, khususnya jelang puasa.

"Impor selalu terbuka sejak dulu kalau ternyata produksi nasional tidak bisa mencukupi cadangan. Artinya harga lebih tinggi daripada pemerintah sehingga cadangan nasionalnya untuk menghadapi bulan puasa dan sebagainya kurang, maka terbuka kemungkinan untuk dapat menambah cadangan nasional dari impor‎," kata JK.‎

Jusuf Kalla menyebutkan, pemerintah akan mempertimbangkan impor kalau memang cadangan nasional di bawah 2 juta ton. (Nrm/Igw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya