Liputan6.com, New York - Mengambil keputusan untuk memberhentikan puluhan ribu karyawan sekaligus tentu bukan persoalan mudah. Itulah keputusan yang terpaksa dipilih perusahaan finansial global Citigroup Inc., saat melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 52 ribu karyawannya, November 2008.
Dengan total pengurangan pegawai yang sangat tinggi, Citigroup mencatatkan sejarah PHK massal terbesar kedua di dunia setelah IBM. Pada 1993, IBM tercatat memberhentikan 60 ribu karyawannya, jumlah yang jauh lebih besar.
Lantaran keputusan Citigroup, alhasil 52 ribu pegawainya berubah status menjadi pengangguran hanya dalam waktu singkat. Keputusan itu diambil di bawah kepemimpinan CEO Vikram Pandit.
Advertisement
Apa alasan dibalik aksi PHK besar-besaran yang dilakukan Citigroup? Berikut ulasan singkat mengenai kasus PHK massal seperti dilansir dari laman CNN Money, US News, Washington Post, dan sejumlah sumber lain, Rabu (1/7/2015):
Krisis ancam perusahaan
Krisis ancam perusahaan
Sebelum melakukan aksi PHK, Citigroup telah lebih dulu mengumumkan rencananya ke publik bahwa perusahaan akan memberhentikan lebih dari 50 ribu pegawai. Itu merupakan langkah yang bisa diambil Citigroup saat tengah bergulat melawan krisis kredit yang mengungkung Wall Street.
November 2008, perusahaan perbankan tersebut memang tengah berupaya keras memangkas biaya oeperasional mengingat krisis finansial tengah mendera dunia. Citigroup juga mengumumkan, perusahaan akan melakukan perampingan dengan jumlah karyawan menjadi hanya 300 ribu di seluruh dunia.
Keputusan PHK pada puluhan ribu karyawan itu diambil oleh CEO Vikram Pandit yang belum setahun menduduki jawabannya. Bagi Pandit, meski langkahnya dapat bermanfaat bagi perusahaan, tapi keputusan itu tetap saja terasa sulit untuk dieksekusi.
Advertisement
Tak ada pilihan lain
Tak ada pilihan lain
Dengan krisis finansial global yang mengancam kelangsungan perusahaan, sebagai CEO, Pandit merasa sudah tak punya pilihan lain. Dia mengakui, itu merupakan keputusan yang sulit dan akan berdampak pada puluhan ribu orang beserta keluarganya.
Tapi perusahaan harus melakukan aksi PHK meski tidak menginginkannya. Keputusan itu tercatat menimpa seluruh karyawan Citigroup baik lokal maupun internasional.
Kala itu, semua memang serba tidak pasti. Melihat keputusan Citigroup, para investor semakin merasa tidak pasti dan sebenarnya menentang aksi PHK massal tersebut. Terlebih lagi, data menunjukkan, pengumuman Citigroup tentang aksi PHK akan mengguncang pasar tenaga kerja global.
Bayangkan saja, kala itu, sudah hampir 1,2 juta pegawai kehilangan pekerjaannya dan pengangguran di AS telah mencapai level tertinggi dalam lebih dari 14 tahun terakhir.
52 ribu pegawai jadi pengangguran
52 ribu pegawai jadi pengangguran
Keputusan Citigroup akhirnya dieksekusi. Sebanyak 52 ribu pegawai berubah menjadi pengangguran dalam sekejap setelah PHK massal digelar.
Bahkan beberapa catatan menunjukkan, hingga 2009, Citigroup telah memberhentikan 59 ribu karyawan. Tak heran, Citigroup mencatatkan aksi PHK massal terbesar kedua di dunia setelah IBM yang pernah memberhentikan 60 ribu karyawannya.
Sebelum itu, Citigroup memang telah beberapa kali melakukan perampingan di badan perusahaan saat memberhentikan 4.000 karyawan pada 2005. Langkah PHK pegawai Citigroup ini tercatat berdampak negatif pada perekonomian New York, basis perusahaan tersebut. (Sis/Ndw)
Â
Advertisement