JK Pastikan Krisis Yunani Hanya Berdampak Kecil ke RI

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan krisis yang terjadi di Yunani akan berdampak ke Indonesia, tapi tidak signifikan.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 07 Jul 2015, 19:57 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2015, 19:57 WIB
Rakyat memilih `Tidak` pada referendum Yunani dan menolak ketentuan dana talangan para kreditor
Rakyat memilih `Tidak` pada referendum Yunani dan menolak ketentuan dana talangan para kreditor

Liputan6.com, Jakarta - Yunani mencatat utang 316 miliar euro hingga kuartal I 2015. Kondisi demikian tidak membuat [Yunani](2267437  "") setuju untuk menerima dana talangan dari kreditor internasional. Hal itu disepakati setelah digelar referendum dan 61 persen rakyat dari Negeri Para Dewa itu menolak dana talangan.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan krisis yang terjadi di Yunani akan memberi dampak, tapi tidak signifikan. "Tidak banyak dampaknya. Dampak totalnya pasti ada tapi tidak banyak," kata JK, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (7/7/2015).

Nilai tukar rupiah juga turun ‎setelah hasil [referendum Yunani](2267437  "") diumumkan. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada Senin Rp 13.353 per dolar AS. Sebelumnya, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 13.316 per dolar AS.

Terkait hal itu, JK menilai melemahnya rupiah bukan berasal dari faktor Yunani semata. "Sebelum ada krisis Yunani kan sudah turun juga kan," tutur JK.

Sementara itu, Asian Development Bank (ADB) meyakini krisis yang tengah dialami Yunani saat ini tidak akan berdampak pada Indonesia.

Secara global, krisis yang dialami Yunani hanya akan berdampak dalam waktu yang singkat pada perekonomian dunia.

"(Jika ada dampak secara global) Paling lama hanya satu sampai dua bulan dan akan kembali normal," ujar Deputy Country Director ADB Edimon Ginting.

Dia menjelaskan, hal ini lantaran masalah ekonomi yang dihadapi Yunani sebenarnya bukan suatu hal yang baru. Namun dampaknya akan berbeda jika krisis seperti ini dialami oleh Rusia yang perekonomiannya cenderung stabil.

"Yunani ini kan sudah masalah lama. Kalau misalnya Rusia yang turun baru itu terjadi shock. Tapi kalau ini shock-nya tidak terlalu besar," lanjut dia.

Namun, Edimon mengingatkan bahwa kondisi  yang dialami oleh Yunani sekarang bisa menjadi sinyal peringatan bagi Indonesia untuk berhati-hati dalam menghadapi fluktuasi kondisi perekonomian global.

"Lebih ke sinyalnya memang karena ternyata global belum terlalu bagus kondisinya. Kita tidak perlu khawatir tetapi tetap perlu waspada," tandasnya.(Dny/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya