China dan Singapura Borong Rumput Laut RI

Indonesia mampu menjadi pemasok utama rumput laut dunia dengan pangsa sebesar 26,50 persen.

oleh Nurmayanti diperbarui 02 Agu 2015, 17:35 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2015, 17:35 WIB
Rumput laut
Rumput laut (Foto: Antara).

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan dari China dan Singapura memborong hasil rumput laut Indonesia dengan total kontrak dagang sebesar US$ 58 juta atau senilai Rp 782,71 miliar.  Aksi borong tersebut menandakan bahwa produk dalam negeri sangat diminati di pasar internasional.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Nus Nuzulia Ishak menjelaskan, Kementerian Perdagangan menjalankan misi pembelian produk rumput laut Indonesia oleh China dan Singapura di Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu, 2 Agustus 2015.

Dalam misi tersebut, 3 importir asal China yakni Green Fresh (Fujian) Foodstuff Co., Ltd., Xiamen DSC Import & Export Co., Ltd., dan Fujian Province LVQI Food Colloid Co., Ltd. membeli rumput laut hasil produksi dari PT Phoenix Jaya dengan total nilai kontrak US$ 24,6 juta.

Selain itu, perusahaan lain yaitu Shanghai Brilliant Gum Co., Ltd. juga membeli produk rumput laut yang dihasilkan oleh PT Rika Rayhan Mandiri dengan nilai kontrak US$ 24 juta.

Perusahaan lain yang juga tercatat melakukan penandatanganan adalah PT Sumber Makmur senilai US$ 5 juta, PT Agro Niaga senilai US$ 3,4 juta dan PT Simpul Distribusi senilai US$ 1 Juta.

Sementara perusahaan Singapura Gills & Fins Pte., Ltd. melakukan kontrak kerja sama produk rumput laut dengan PT Jaringan Sumber Daya dengan nilai kontrak US$ 500 ribu. 

“Dunia mengakui kualitas rumput laut Indonesia.  Dari total ekspor rumput laut dunia, Indonesia mampu menjadi pemasok utama rumput laut dunia dengan pangsa sebesar 26,50 persen dari total US$ 1,09 miliar permintaan dunia," jelasnya seperti dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (2/8/2015). 

Permintaan dunia yang tinggi, terutama produk rumput laut kering, diolah menjadi bahan baku makanan olahan, makanan hewan peliharaan, hingga bahan makanan tambahan, pengendalian pencemaran dan bahan kecantikan.

Hal tersebut, menurut Nus, menjadi tantangan bagi pelaku usaha rumput laut untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan kualitas budidaya rumput laut Indonesia. Pelaku usaha juga diminta  meningkatkan produksi produk rumput laut yang bernilai tambah.

Pemerintah terus mendukung pengembangan peta jalan (roadmap) pembangunan sektor rumput laut untuk menciptakan rantai nilai dari petani rumput laut hingga konsumen.

Salah satunya melalui kolaborasi Indonesia dengan Filipina. Kerja sama ini akan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dan memaksimalkan pemenuhan pasar rumput laut dunia dalam kerja sama antara Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) dengan Seaweed Industry Association of the Phillipines  (SIAP).

“Hal ini sekaligus memberikan arah pembangunan sektor hulu hingga hilir industri rumput laut Indonesia,” pungkas Nus. (Nrm/Gdn)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya