‎Surplus Neraca Perdagangan Juli Pecah Rekor Selama 19 Bulan

BPS mencatatkan neraca perdagangan surplus US$ 1,33 miliar pada Juli 2015.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 18 Agu 2015, 11:44 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2015, 11:44 WIB
20150805-Perekonomian-Tanjung-Priok
Tumpukan peti kemas di pelabuhan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta (5/8/2015). BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 4,67 persen pada kuartal II 2015, turun dari 4,71 persen pada kuartal pertama 2015. (REUTERS/Beawiharta)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) ‎melaporkan neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar US$ 1,33 miliar pada Juli 2015. Angka tersebut diperoleh dari realisasi kinerja ekspor lebih besar dibandingkan impor di bulan ketujuh ini.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, Adi Lumaksono mengungkapkan, neraca perdagangan  surplus US$ 1,33 miliar pada Juli 2015, dan ini memecahkan rekor selama 19 bulan sejak Januari 2014.

"Ini adalah surplus terbesar sejak Januari 2014 atau dalam kurun waktu 19 bulan. Jadi memecahkan rekor selama 19 bulan. Karena pada Desember 2013, kita pernah surplus neraca perdagangan lebih dari US$ 1,33 miliar, yakni US$ 1,55 miliar. Ini jadi berita baik buat neraca perdagangan kita," tegas dia di kantornya, Jakarta, Senin (18/8/2015).

Secara akumulasi, neraca perdagangan Januari-Juli 2015 surplus US$ 5,73 miliar . Kata Adi, ini menunjukkan penurunan impor lebih cepat dibanding ekspor sehingga masih mencapai surplus neraca perdagangan.

Dilihat dari kinerja ekspor dan impor, ia menjelaskan, realisasi ekspor Juli tahun ini mencapai US$ 11,41 miliar atau anjlok 15,53 persen dibanding Juni 2015. Sementara dibandingkan Juli 2014 yang sebesar US$ 14,12 miliar, raihan ekspor bulan ketujuh ini merosot signifikan sebesar 19,23 persen.

"Penurunan ekspor biasa terjadi menjelang dan saat Lebaran, jadi ini musiman saja. Ini juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya," kata Adi.

Sepanjang Januari-Juli 2015, total ekspor susut 12,81 persen menjadi US$ 89,76 miliar secara year on year. Ekspor non migas mengalami pelemahan 7,55 persen sebesar US$ 78,37 miliar.

Dari sisi impor, kinerja impor Indonesia bulan ketujuh 2015 sebesar US$ 10,08 miliar atau anjlok 28,44 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Sedangkan dibanding Juni 2015, impor Juli 2015 turun signifikan 22,36 persen. Berasal dari penurunan migas 10,99 persen dan impor non migas turun 25,18 persen. Total impor Januari-Juli 2015 mencapai US$ 84,03 miliar atau turun 19,23 persen.

Ekonom CIMB Niaga, Wisnu Wardana meramalkan angka surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$ 500 juta di Juli 2015. Sementara catatan neraca perdagangan bulan Juni lalu senilai US$ 477 juta.

"Kinerja ekspor dan impor di Juli ini secara year on year diperkirakan menurun masing-masing 4,4 persen dan 7,7 persen. Sehingga neraca perdagangan Juli surplus US$ 0,5 miliar atau US$ 500 juta," ucap dia di Jakarta, Selasa 18 Agustus 2015.

‎Dihubungi terpisah, Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistianingsih memprediksi neraca perdagangan Juli ini masih surplus karena penurunan impor lebih besar dari kinerja ekspor akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Impor turun karena kurs rupiah melemah, ditambah pelaku usaha mengurangi produksi akibat penguatan dolar AS dan turunnya permintaan setelah usai lebaran. Bahan baku yang diimpor turun‎," ujar Lana. (Fik/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya