Surplus Perdagangan Indonesia Turun pada Februari 2025, Ini Penjelasan Ekonom

Direktur Ekonomi Digital Celios, Nailul Huda melihat sisi permintaan produk impor barang jadi meningkat seiring momen Ramadan dan Lebaran.

oleh Natasha Khairunisa Amani Diperbarui 21 Mar 2025, 19:15 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2025, 19:15 WIB
Surplus Perdagangan Indonesia Turun pada Februari 2025, Ini Penjelasan Ekonom
Direktur Ekonomi Digital Celios, Nailul Huda menilai penurunan pada surplus neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2025 menunjukkan pertumbuhan impor lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ekspor. (Liputan6.com/Faizal Fanani)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Ekonomi Digital Celios, Nailul Huda menilai penurunan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2025 menunjukkan pertumbuhan impor lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ekspor. 

"Salah satu penyebabnya saya rasa dari sisi permintaan produk impor barang jadi meningkat seiring dengan masuk ke bulan Ramadan-Lebaran,” kata Huda kepada Liputan6.com, Jumat (21/3/2025).

Jika mengacu pada ketegangan tarif impor, Huda memperkirakan, ekspor Indonesia secara tahunan juga akan jauh lebih rendah.  "Tapi saya melihatnya dari sisi kenaikan impor dari sisi permintaan barang,” ujar dia.

Huda menyoroti, ekspor Indonesia sebagian besar ditopang oleh komoditas kopi yang sudah membaik secara produksi maupun permintaan global. 

Namun, perdagangan juga masih dibayangi oleh efek pelemahan nilai Rupiah. Di sisi lain, kondisi ini bisa membuat harga barang dari Indonesia juga lebih murah dibandingkan dengan negara lain. 

“Ketika harga barang lebih murah, pasti akan mendorong permintaan barang dari Indonesia. Maka dari itu, ekspor kita naik pesat di Februari mencapai 14 persen (secara YoY),” imbuh Huda.

Ekspor Pertambangan Loyo jadi Penyebab Surplus Perdagangan RI Lebih Rendah

Indonesia mencatat penurunan surplus neraca perdagangan pada Februari 2025 hingga USD 0,38 miliar. Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira mengungkapkan bahwa penurunan surplus perdagangan Indonesia salah satunya didorong oleh kinerja ekspor perdagangan yang menurun.

"Terkait dengan masalah surplus perdagangan, ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan salah satunya karena kinerja ekspor sektor pertambangan yang menurun,” ungkap Bhima.

Bhima mengutip data resmi BPS yang menunjukkan ekspor batu bara Indonesia telah anjok 18,3% selama setahun terakhir.

"Kemudian untuk ekspor suku cadang kendaraan bermotor juga rendah, hanya tumbuh 6,9%. Namun masih bisa ditutup oleh ekspor sawit yang naik 71,5%. Jadi sektor dari sisi pertanian kehutanan itu masih berkontribusi terhadap kenaikan ekspor 52%,” paparnya.

 

 

Promosi 1

Penetrasi Pasar ASEAN Perlu Dioptimalkan

Neraca Perdagangan RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Selain itu, Bhima juga melihat kinerja ekspor Indonesia menurun ke sejumlah negara. "Yaitu ke Korea Selatan dan ke Jepang padahal mereka negara mitra dagang yang tradisional. Kemudian ekspor ke Jerman, Eropa itu minus 19%. Kalau Jepang tadi minusnya 19,4%. Korea minus 12,8% year on year,” ujar dia.

Karena itu, menurut dia, Pemerintah perlu mengoptimalkan penetrasi pasar ke pasar negara tetangga di ASEAN.

"Prospek (ekspor) ke Asean masih cerah meski ada pelambatan ekonomi di kawasan,” imbuhnya.

Indonesia pada Februari 2025 mencatat surplus neraca perdagangan sebesar USD 3,12 miliar Februari 2025, menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS).

 

AS-India-Filipina jadi Penyumbang Surplus Neraca Perdagangan RI

Neraca Perdagangan RI
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Surplus ini didapatkan dari ekspor September 2021 yang mencapai US$20,60 miliar dan impor September 2021 yang tercatat senilai US$16,23 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Sebelumnya, Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar USD 3,12 miliar pada Februari 2025, menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS).

Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan, Amerika Serikat, India dan Filipina menjadi negara mitra yang menyumbang surplus terbesar neraca perdagangan Indonesia.

“Pada Februari 2025 Indonesia mengalami surplus perdagangan barang dengan beberapa negara dan tiga terbesar diantaranya adalah dengan Amerika Serikat yang mencapai surplus USD 1,57 miliar, dengan India mengalami surplus sebesar USD 1,27 miliar, dan dengan Filipina USD 0,75 miliar,” kata Amalia, dalam Rilis BPS yang disiarkan pada Senin (17/3/2025).

Komoditas Terbesar

Komoditas penyumbang surplus terbesar pada Februari 2025 dengan Amerika Serikat adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, komoditas pakaian dan aksesorisnya yang berupa rajutan, serta alas kaki.

Sementara dengan India, surplus perdagangan terbesar Indonesia disumbang oleh komoditas bahan bakar mineral terutama batu bara, lemak dan minyak hewan nabati terutama CPO, serta besi dan baja. 

Dengan Filipina, surplus neraca perdagangan terbesar Indonesia disumbang oleh komoditas kendaraan dan bagiannya, bahan bakar mineral atau batu bara, serta lemak dan minyak hewan nabatu terutama oleh minyak sawit.

 

 

Perdagangan RI Defisit dengan Tiongkok hingga Brasil

Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Sebuah kapal bersandar di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Penyebab kinerja ekspor sedikit melambat karena dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dan mitra dagang utama, seperti AS, China, dan Jepang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Di sisi lain, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan tiga yang terbesar defisitnya adalah dengan Tiongkok sebesar USD 1,76 miliar, Australia defisit USD 0,43 miliar,dan Brasil mengalami defisit sebesar USD 0,17 miliar. 

Adapun komoditas penyumbang defisit terbesar pada Februari 2025,  pertama dengan Tiongkok, disumbang oleh komoditas terutama mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, lalu mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, dan juga kendaraan dan bagiannya.

Surplus Perdagangan RI Lebih Rendah Dibandingkan Januari 2025

Di sisi lain, Amalia menyebut, surplus neraca perdagangan bulan Februari 2025 lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya atau turun USD 0,38 miliar, namun lebih tinggi dibandingkan bulan yang sama tahun lalu.

“Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 58 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” paparnya.

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya