Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat signifikan pada periode 17-21 Februari 2025. Penguatan IHSG ini dinilai didukung neraca perdagangan Indonesia.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (22/2/2025), IHSG melonjak 2,48 persen ke posisi 6.803 pada 17-21 Februari 2025. Pekan lalu, IHSG turun 1,5 persen ke posisi 6.638.
Baca Juga
Kenaikan IHSG juga diikutp kapitalisasi pasar bursa. Kapitalisasi pasar bursa melonjak 3,37 persen menjadi Rp 11.786 triliun dari pekan lalu Rp 11.401 triliun.
Advertisement
Selain itu, rata-rata volume transaksi harian bursa melambung 18,99 persen menjadi 18,38 miliar saham dari 15,45 miliar saham pada pekan lalu.
Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa melonjak selama sepekan. Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa naik 6,17 persen menjadi 1,23 juta kali transaksi dari 1,16 juta kali transaksi pada pekan lalu.
Selama sepekan, rata-rata nilai transaksi harian bursa merosot 3,74 persen menjadi Rp 11,78 triliun dari Rp 12,24 triliun pada pekan lalu. Sepanjang 2025, investor asing jual saham Rp 11,68 triliun.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, selama sepekan IHSG naik 2,48 persen yang didorong sejumlah faktor. Pertama, rilis data neraca dagang Indonesia yang masih surplus. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia surplus USD 3,45 miliar pada Januari 2025. Di sisi lain, suku bunga acuan tetap 5,75 persen. Kedua, pergerakan nilai tukar rupiah yang masih cenderung tertekan terhadap dolar Amerika Serikat.
"Ketiga, perkembangan dari pertemuan FOMC, di mana diperkirakan cenderung berhati-hati dalam penerapan kebijakan moneter ke depannya sembari mencermati dan mempertimbangkan terhadap beberapa rilis data yang akan datang, tetapi demikian secara konsensus diperkirakan the Federal Reserve (the Fed) masih akan cenderung pertahankan suku bunga acuan,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com.
Keempat, aliran dana investor asing yang keluar dari IHSG masih cenderung besar dan diperkirakan masih mencapai Rp 1 triliun. Sepanjang 2025 saja, investor asing jual saham Rp 11,68 triliun.
Pada pekan depan, Herditya prediksi IHSG berpeluang naik dengan level support di 6.656 dan level resistance 6.932. Pergerakan IHSG masih akan dipengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. “Kedua, ada rilis data GDP dan PCE AS,” kata Herditya.
IHSG Anjlok 1,54 Persen pada 10-14 Februari 2025, Faktor Ini Jadi Penyebabnya
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan 10-14 Februari 2025. Koreksi IHSG terjadi dipengaruhi rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) dan nilai tukar rupiah yang bergejolak.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (15/2/2025), IHSG tersungkur 1,54 persen ke posisi 6.638,45. Pada pekan lalu, IHSG susut 5,1 persen ke posisi 6.752,57.
Kapitalisasi pasar bursa merosot 1,67 persen menjadi Rp 11.401 triliun dari pekan lalu Rp 11.595 triliun. Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa juga anjlok 11,58 persen menjadi 1,16 juta kali transaksi dari 1,31 juta kali transaksi pada pekan lalu. Selain itu, rata-rata volume transaksi harian bursa terpangkas 25,55 persen menjadi 15,45 miliar saham dari 20,75 miliar saham pada pekan lalu. Investor asing jual saham Rp 3 triliun pada pekan ini. Aksi jual saham oleh investor asing ini turun tipis dibandingkan pekan lalu Rp 3,8 triliun.
Secara sectoral, mayoritas sektor saham menguat. Sementara itu, sektor saham energi terpangkas 3,57 persen, sektor saham consumer nonsiklikal susut 0,53 persen, sektor saham keuangan melemah 0,59 persen, sektor saham infrastruktur terpangkas 3,45 persen dan sektor saham transportasi dan logistic merosot 2,22 persen.
Di sisi lain, sektor saham basic materials mendaki 1,15 persen, sektor saham industri bertambah 0,45 persen, sektor saham consumer siklikal menguat 1,47 persen, sektor saham perawatan kesehatan naik 1,43 persen. Kemudian sektor saham properti dan real estate naik 0,86 persen, dan sektor saham teknologi bertambah 2,69 persen.
Analis PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG melemah 1,54 persen selama sepekan didorong sejumlah faktor. Pertama, rilis data inflasi Amerika Serikat pada Januari 2025 yang naik menjadi 3 persen YoY dari Desember 2024 sebesar 2,9 persen. Inflasi AS ini juga berada di atas harapan konsensus.
Advertisement
Sentimen IHSG Lainnya
“Kedua, dengan peningkatan inflasi, the Federal Reserve akan cenderung hawkish ke depan dengan diperkirakan mempertahankan suku bunga acuannya,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Faktor ketiga, nilai tukar rupiah juga masih cenderung bergejolak terhadap dolar AS. Faktor keempat, aliran dana investor asing yang keluar masih terjadi pada IHSG yang cenderung menekan emiten kapitalisasi besar.
"Untuk sepekan ke depan, kami perkirakan IHSG masih rawan terkoreksi dengan support di 6.509 dan resistance di 6.698,” ujar dia.
Herditya menambahkan, sejumlah sentimen yang akan pengaruhi IHSG antara lain investor akan wait and see rilis data neraca perdagangan dan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. Selain itu, ada rilis data suku bunga China. Ketiga, nilai tukar rupiah dan pergerakan harga komoditas akan pengaruhi IHSG.
