70 Tahun Merdeka, Bagaimana Kondisi Kelistrikan Indonesia?

Konsumsi listrik nasional diperkirakan akan meningkat dari 219,1 terawatthour (TWh) pada 2015 menjadi 464,2 TWh pada 2024.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 18 Agu 2015, 12:48 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2015, 12:48 WIB
20150812-Pasukan Elite PLN-Jakarta
Seorang Pasukan Elit PLN saat beraksi di Menara Sutet Jalan Asia Afrika, Jakarta, Rabu (12/8/2015). Pekerjaan tersebut mengandung resiko besar karena jaringan listrik masih dipelihara tanpa dipadamkan. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Listrik memiliki peran penting dalam sebuah negara. Pasalnya, listrik menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan industri sehingga bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi demi kemajuan bangsa.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Apakah sejak mendeklarasikan kemerdekaan pada 70 tahun lalu hingga saat ini, ketersediaan listrik sudah bisa mendorong kemajuan bangsa? 

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi sumber Daya Mineral (ESDM), Jarman menjelaskan, kapasitas listrik yang dimiliki Indonesia saat ini sudah mencapai 53.500 Mega Watt (MW). "Dengan kapasitas listrik tersebut, status rasio elektrifikasi nasional sampai akhir Juli 2015 sudah mencapai 86,12 persen," ujar Jarman, saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Selasa (18/8/2015).

Berdasarkan, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2015–2024, PT PLN (Persero) memperkirakan rasio elektrifikasi atau rasio warga yang sudah menikmati listrik mencapai 99,4 persen. Artinya, pada 2024 nanti hanya ada 0,6 persen penduduk Indonesia yang belum menikmati listrik.

Dengan target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata 6,4 persen per tahun, pertumbuhan kebutuhan listrik pada RUPTL dalam kurun sepuluh tahun ke depan adalah 8,7 persen dengan asumsi pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6 persen.

Sedangkan konsumsi listrik diperkirakan akan meningkat dari 219,1 terawatthour (TWh) pada 2015 menjadi 464,2 TWh pada 2024.

Jarman melanjutkan, untuk meningkatkan pasokan listrik, PLN dan perusahaan swasta bakal membangun infrastruktur kelistrikan dengan kapasitas 42,7 gigawatt (GW). Pembangunan kapasitas pembangkit ini dibagi dua, yakni oleh PLN sebesar 13,7 GW dan oleh swasta sebesar 29 GW.

Pada 2019, PLTU batu bara masih mendominasi jenis pembangkit yang akan dibangun, yakni 65 persen, atau naik dari tahun 2014 yang sebesar 54 persen. Konsumsi BBM pada 2014 yang mencapai 10 persen akan diturunkan hingga menjadi 2 persen pada 2019.

Sementara hingga 2024, PLTU batu bara tetap mendominasi jenis pembangkit listrik yang akan dibangun yaitu mencapai 60 persen dan konsumsi BBM ditekan menjadi 1,4 persen. Selain kapasitas pembangkit, penambahan transmisi juga menjadi perhatian PLN. (Pew/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya