Bos IMF Temui Jokowi, BI Sampai DPR, Bahas Apa?

Lagarde juga akan berpartisipasi dalam konferensi regional tingkat tinggi di Jakarta dalam acara Future of Asia's Finance.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 01 Sep 2015, 09:45 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2015, 09:45 WIB
Direktur IMF, Christine Lagarde
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF), Christine Lagarde dijadwalkan mengunjungi Indonesia, Selasa (1/9/2015).  Dalam dua hari kunjungannya di Jakarta, Lagarde bakal melakukan "safari" mulai dari bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Selain itu, Legarde juga direncanakan mengunjungi Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, anggota parlemen, serta perwakilan dari masyarakat termasuk pimpinan perempuan dan mahasiswa. 

Lagarde juga akan berpartisipasi dalam konferensi regional tingkat tinggi di Jakarta dalam acara Future of Asia's Finance: Financing for Development 2015 yang diselenggarakan oleh BI dan IMF di Jakarta.

Dalam acara itu membahas soal modal pembiayaan baru terutama kawasan negara berkembang. Kunjungan ini juga memberikan kesempatan untuk bertukar pandangan mengenai perkembangan ekonomi terakhir, prospek di Indonesia dan perannya sebagai kekuatan muncul baik di kawasan dan global.

Namun dari keterangan Lagarde yang diterima Liputan6.co‎m, dirinya membantah kalau kunjungannya akan mengurus persoalan utang piutang. Ketika ditanyakan perihal isu penawaran utang dari IMF ke Indonesia pun tak digubris oleh Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara.

Mirza mengaku, fokus pembahasan pertemuan penting antara IMF dengan pemerintah dan BI adalah terkait tantangan ekonomi global dan dampaknya ke seluruh negara. Salah satu yang krusial adalah penyesuaian suku bunga acuan The Fed yang diperkirakan terjadi pada kuartal III 2015.

"Yang paling menonjol Fed Fund Rate, karena kebijakan ini membawa perubahan terhadap arus modal di dunia. Juga soal ekonomi China, apakah bisa kembali ke 7-7,5 persen atau di bawah 6,5 persen serta bagaimana Indonesia menghadapi prospek ekonomi tahun depan," jelas Mirza. (Fik/Gdn)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya