Biayai Infrastruktur, RI akan Utang ke ADB dan World Bank

Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofyan Wanandi menuturkan, ADB dan World Bank menawarkan bunga pinjaman sekitar 1-3 persen.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 02 Sep 2015, 20:07 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2015, 20:07 WIB
Tingkat Utang RI Paling Rendah di Asia
Dari hasil riset HSBC menyebutkan, Singapura menjadi negara dengan tingkat utang tertinggi, yaitu mencapai 450 persen terhadap PDB.

Liputan6.com, Jakarta - ‎Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofyan Wanandi mengatakan pemerintah akan berutang pada Asian Development Bank (ADB) dan World Bank. Pinjaman pada kedua lembaga keuangan itu akan dipakai untuk pembangunan infrastruktur.

"Ini sebenarnya utang-utang yang sudah komitmen lama, tapi ada unsur-unsur baru ADB untuk membantu kita lebih banyak, termasuk misalnya US$ 5 miliar, dan dari World Bank juga dengan proyek-proyeknya mereka akan kasih kita US$ 11 miliar ," kata Sofyan, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (2/9/2015).

‎Nantinya pinjaman itu akan masuk dalam blue book yang disusun Bappenas. Pinjaman tersebut juga merupakan pinjaman jangka panjang, bisa mencapai 30 tahun. Sofyan juga memastikan bunga dari pinjaman tidak besar, hanya 1 sampai 3 persen.

"Saya pikir semua bantuan pembiayaan infrastruktur diarahkan untuk diambil jangka panjang, multilateral yang cukup, dan bunganya ringan," tutur dia.

"‎Bunganya rata-rata 1 sampai 3 persen (ADB), kalau World Bank 1 persen untuk 30 tahun, gross rate 10 tahun," tambah Sofyan.

Sebelumnya, Presiden‎ Jokowi di Konferensi Asia Afrika, menyatakan anggapan persoalan ekonomi hanya dapat diselesaikan lembaga pendanaan dunia --seperti IMF, World Bank, dan ADB-- sudah usang dan perlu dibuang.

Namun, ‎Ia juga menambahkan tak ada satu pun negara di dunia yang bisa lepas dari utang, termasuk negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi seperti Tiongkok.

"Tidak bisa pemerintah tanpa utang. Karena di dunia semua ada utang, Cina juga utang. Uangnya banyak tapi dia juga utang karena utang itu lebih murah daripada kita punya duit‎," tegas dia.

Sofyan melihat pernyataan Jokowi dalam konferensi tersebut hanya terbawa suasana nasionalisme, tanpa memperhatikan kenyataan di lapangan. Pemerintahan saat ini yang berfokus pada pembangunan memerlukan pinjaman tersebut.

"Itu nuansa saat Konferensi Asia Afrika, nuansa ‎hadapi negara Asia Afrika dengan nasionalisme lebih tinggi. Tapi secara praktis kita lihat utang, selama utang hanya jadi pelengkap, bukan jadi yang utama," ujar Sofyan. (Silvanus A/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya