Ekonomi Lesu, Masyarakat Turunkan Frekuensi Belanja

Kondisi perekonomian Indonesia hingga Kuartal ketiga 2015 memang tidak begitu menggembirakan

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 21 Okt 2015, 10:04 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2015, 10:04 WIB
20151020-Ilustrasi-Belanja-di-Pusat-Perbelanjaan
Ilustrasi Belanja di Pusat Perbelanjaan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi perekonomian Indonesia hingga Kuartal III 2015 memang tidak begitu menggembirakan. Hal itu juga berpengaruh pada pasar industri Fast Moving Consumer Good (FMCG) atau tingkat konsumsi Indonesia yang pertumbuhannya melambat.

Setidaknya, dari hasil riset Kantar Worldpanel Indonesia menunjukkan pertumbuhan tingkat konsumsi di Indonesia tahun ini sebesar 7,4%. Pertumbuhan ini menurun jika dibandingkan tahun 2014 yang tumbuh mencapai dua digit yaitu 15,2%.

Kondisi consumer good di Indonesia ini sejalan dengan hasil riset Kantar Worldpanel untuk pasar Asia. Bahwa pada 2013, secara keseluruhan pertumbuhan consumer good di ASIA sekitar 10%. Sedangkan pada 2015, pasar FMCG menurun sekitar 4.6%.

“Perlambatan ini terjadi pada berbagai sektor consumer good, terutama pada sektor makanan dan minuman, yang merupakan sektor paling besar di dalam pembelanjaan rumah tangga. Indonesia, Thailand dan Vietnam merupakan negara yang penurunannya terlihat sangat besar, jika dibandingkan dengan tahun lalu,” ujar Fabrice Carrasco, Managing Director Indonesia, Vietnam and Philippine dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu (21/10/2015).

Meski demikian, industri produsen produk konsumsi yang berasal dari Asia termasuk Indonesia, menunjukkan angka pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan para pemain global (Multi National Company/MNC).

“Asia merupakan market yang unik, karena para pemain lokal yang mendominasi lebih banyak dibandingkan dengan para pemain global,” ujar Lim Soon Lee, General Manager Kantar Worldpanel Indonesia.

Lee memberikan contoh Indonesia dan China yang para pemain lokalnya masih menunjukkan tingkat kontribusi lebih dari 60%. Angka ini merupakan pertumbuhan dua kali lipat dibandingkan dengan para pemain global.

Di sisi lain, Nadya Ardianti, Insight Director Kantar Worldpanel Indonesia menambahkan perlambatan pertumbuhan di industri FMCG ini juga memengaruhi kebiasaan berbelanja di rumah tangga Indonesia. Menurut data Kantar Worldpanel, ada kesamaan para rumah tangga di Asia termasuk Indonesia di dalam kebiasaan belanja mereka, yakni mengurangi frekuensi belanja namun meningkatkan kuantitas pembelian per pembelanjaan.

“Kategori yang dibeli tahun ini lebih sedikit dibandingkan dengan tahun lalu. Jika tahun lalu rata-rata orang berbelanja sekitar 48 kategori, untuk tahun ini mereka berbelanja sekitar 46 kategori. Tampak sekali mereka lebih berhati-hati dalam berbelanja," tegas Nadya.

Karena itu, dengan berkurangnya frekuensi berbelanja tiap rumah tangga, pemain FMCG diharapkan untuk memastikan distribusi, ketersediaan barang, dan mempertahankan penempatan yang mudah diliat konsumen pada rak-rak retailer.

Hal lainnya terkait dengan tren konsumen yang lebih tertarik dengan berbagai promosi yang ditawarkan. Untuk beberapa negara Asia Tenggara yang memiliki persentase pusat perbelanjaan modern yang besar, konsumen cenderung untuk lebih tertarik dengan berbagai promosi yang ditawarkan, seperti halnya di Malaysia (dengan tingkat kontribusi Modern Trade yang lebih besar dari 60%). (Yas/Zul)./

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya