Daftar Mata Uang yang Paling Hancur Melawan Dolar

the Federal Reserve menaikkan suku bunga di penghujung 2015, membuat dolar semakin kuat.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 01 Jan 2016, 20:01 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2016, 20:01 WIB
Ilustrasi dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat, Jakarta, Kamis (23/10/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, New York - Perekonomian Amerika Serikat yang membaik ditambah keputusan bank sentral AS, the Federal Reserve menaikkan suku bunga di penghujung 2015, membuat dolar semakin kuat.

Sepanjang 2015 kemarin, dolar menguat terhadap sejumlah mata uang. Bukan hanya terhadap rupiah dolar menunjukkan keperkasaannya, tapi juga pada valuta asing lainnya. Bahkan, runtuhnya rupiah bukan salah satu yang terburuk dalam 5 besar mata uang asing yang hancur di mata dolar.

Ada 5 mata uang asing yang paling runtuh terhadap dolar seperti dilansir dari CNN Money, Jumat (1/1/2016). Berikut daftarnya.

1. Peso - Argentina

Argentina terus melemah terhadap dolar. Pelemahan mata uang Negeri Tango ini mencapai 34,6 persen terhadap dolar, membuat peso menjadi mata uang paling lemah terhadap dolar.

Pemerintah Argentina baru mencabut pasak peso terhadap dolar, membuat mata uang itu mengambang bebas. Meski peso runtuh, pemerintah berharap itu bisa mendorong investasi asing lebih banyak masuk.

2. Real - Brazil

Mata uang ini juga anjlok melawan dolar. Tak berbeda jauh dengan Argentina, mata uang negeri Samba melemah 32,9 persen terhadap dolar di tahun ini. Brazil menggantungkan ekonominya pada ekspor bahan pertanian dan bahan mentah seperti minyak, kopi, gula dan daging. Kala harga komoditi melemah, ekonomi Brazil amat terpukul.

Tak hanya itu, praktik korupsi juga terjadi di Brazil. Sebuah skandal yang melibatkan perusahaan minyak raksasa Brazil, Petrobras menyebar ke level politik dan bisnis, mengguncang negara hingga ke akarnya.

Selanjutnya

3. Rand - Afrika Selatan

Mata uang ini juga jatuh 25 persen terhadap dolar di 2015. Anjloknya harga komoditas telah memukul banyak perusahaan besar Afrika Selatan. Bagaimana tidak, pertambangan menyumbang 50 persen devisa negara. Saat ini negara mengalami pertumbuhan defisit neraca berjalan.

Pengangguran berada di level 25 persen dan inflasi diperkirakan akan menyentuh level 5,6 persen di 2016. Ekonomi terbesar kedua di Afrika jatuh bahkan lebih buruk setelah kekacauan politik di Desember, ketika negara memiliki tiga menteri keuangan kurang dari seminggu.

4. Lira - Turki

Lira Turki kehilangan 20 persen terhadap dolar sepanjang 2015. Ekonominya menderita kombinasi antara ketidakpastian politik dan situasi keamanan yang memburuk di negara tetangga Suriah.

Turki juga di antara negara-negara yang terpukul oleh keputusan Federal Reserve untuk menaikkan suku, karena bisa mendongkrak biaya pembayaran hutang eksternal yang besar.

IMF memperkirakan Turki tumbuh 3,6 persen pada tahun 2016, jauh di bawah pertumbuhan 9 persen ipada tahun 2010 dan 2011.

Selanjutnya

5. Ruble - Rusia

2015 adalah tahun yang buruk bagi Rusia. Pendapatan vital dari minyak runtuh dan ekonomi negara soviet ini anjlok ke resesi yang dalam. Alhasil, mata uang ruble melemah 17 persen terhadap dolar.

Presiden Vladimir Putin mengatakan pada rakyat Rusia bahwa kondisi ekonomi suram ini telah berakhir. Tapi indikator ekonomi yang ada menunjukkan fakta yang berbeda: GDP Rusia, produksi industri dan penjualan ritel terus anjlok. Namun, posisi ruble terhadap dolar masih lebih baik jika dibanding tahun sebelumnya yang melemah hingga 41 persen terhadap dolar. (Zul/Igw)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya