Pertamina Targetkan US$ 100 Juta dari Efisiensi Pengadaan Minyak

Nilai efisiensi pengadaan minyak tersebut diharapkan diraih dari beberapa strategic initiatives.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 11 Mar 2016, 17:00 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2016, 17:00 WIB
Mobil Tangki PT Pertamina (Persero)
Mobil Tangki Pertamina (Foto: Pebrianto Eko Wicaksono/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menargetkan nilai efisiensi dari proses pengadaan minyak dan produk minyak melalui Integrated Supply Chain (ISC) mencapai US$ 100 juta‎ pada 2016. Perubahan pengadaan minyak dan produk minyak oleh ISC dikatakan menjadi salah satu bagian penting dalam  terobosan Pertamina.

Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, sepanjang 2016 Pertamina terus melanjutkan penataan sistem ISC sehinga menciptakan efisiensi bagi perusahaan.

‎"Kami targetkan efisiensi dari pengadaan minyak dan produk minyak sebesar US$ 100 juta,” kata Wianda, di kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (11/3/2016).

Nilai efisiensi tersebut diharapkan diraih dari beberapa strategic initiatives. Ini meliputi maksimalisasi pembelian minyak mentah domestik, efisiensi dalam kegiatan pengadaan minyak mentah, BBM, dan elpiji, pemrosesan minyak mentah di kilang luar negeri, dan sourcing minyak mentah, kondensat, BBM, dan elpij dari beberapa negara dalam kerangka government to government (g to g).

Pada 2016, permintaan gasoline diperkirakan mencapai 164,6 juta barel. Adapun gasoil sebesar 171,1 juta barel dalam setahun. Sedangkan permintaan elpiji diperkirakan bisa mencapai 7,45 juta Metrik Ton (MT).


Wianda mengungkapkan, penataan sistem ISC telah dilakukan dan pada tahun lalu terbukti sukses menciptakan efisiensi bagi Pertamina sebesar US$ 208,1 juta atau jauh melampaui target sebesar US$91,7 juta dari proses pengadaan crude dan produk.

"Tahun ini kami akan terus melanjutkan penataan sistem tersebut sehingga efisiensi dapat terus terwujud," kata dia.

Sepanjang 2015, nilai minyak mentah dan produk minyak yang dikelola oleh ISC mencapai US$ 27,41 miliar. Di mana US$ 14,85 miliar merupakan minyak mentah dan US$ 12,56 miliar berupa produk.

Pada tahun lalu, ISC melakukan transformasi pada fase 1.0 melalui lima program strategis, yaitu memotong perantara dari rantai suplai, peningkatan pemanfaatan dan fleksibilitas dari armada laut Pertamina, pemberian kesempatan yang sama dan adil untuk semua peserta pengadaan, penerapan proses evaluasi penawaran yang transparan dan mengurangi biaya dengan menerapkan pembayaran telegraphic transfer (TT).

ISC juga telah mengurangi porsi pembelian secara jangka waktu dekat (spot), terutama untuk produk Premium yang seluruhnya melalui kontrak jangka panjang (term), solar dan elpiji masing-masing 96 persen kontrak term, Avtur 86 persen. Adapun, untuk minyak mentah volume pengadaan melalui kontrak term meningkat menjadi 70 persen dari sebelumnya 60 persen.

"Pada intinya, apapun upaya yang bisa dilakukan dan sesuai dengan kaidah-kaidah dan best practices yang ada akan kami lakukan untuk mencapai efisiensi berapa sen dolar pun yang bisa diperoleh,” ungkap Wianda.    

Transformasi ISC adalah bagian dari upaya meningkatkan efisiensi dan memperkuat transparansi pengadaan minyak mentah dan produk minyak yang selalu menjadi perhatian publik. Pertamina, menurut Wianda, mengundang daftar mitra usaha terseleksi (DMUT) untuk terlibat dalam pengadaan minyak mentah dan produk BBM. Penetapan DMUT juga cukup ketat karena harus memenuhi sejumlah kualifikasi tertentu seperti detail bisnis perusahaan, detail laporan keuangan, detail bank, dan lain-lain.(Pew/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya