Pelonggaran Kebijakan Moneter Singapura Tekan Nilai Tukar Rupiah

Sejak pagi hingga siang ini, rupiah berada di kisaran 13.151 - 13.218 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 18 Apr 2016, 12:31 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2016, 12:31 WIB
Ilustrasi dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat, Jakarta, Kamis (23/10/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan di awal pekan ini. Pelonggaran kebijakan moneter di Singapura menjadi salah satu penyebab pelemahan rupiah.

Mengutip Bloomberg, Senin (18/4/2016), rupiah dibuka di angka 13.154 per dolar AS. Nilai ini melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.177 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang ini, rupiah berada di kisaran 13.151 hingga 13.218 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah masih menguat 4,26 persen.

Adapun berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.204 per dolar AS. Lebih rendah jika dibandingkan dengan patokan pada perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.166 per dolar AS.

Sebagian besar mata uang di negara-negara berkembang, termasuk nilai tukar rupiah memang tertekan pada perdagangan di awal pekan ini. Hal tersebut karena pelaku pasar sedikit terkejut dengan kebijakan moneter yang dijalankan oleh otoritas Singapura.

Otoritas memperkirakan bahwa pertumbuhan pada 2016 diperkirakan lebih lemah dari perkiraan sebelumnya. Sementara itu, inflasi cenderung tinggi. 

Otoritas moneter Singapura kemudian mengatur laju apresiasi perdagangan dolar Singapura dengan menerapkan nol persen apresiasi mata uangnya terhadap sejumlah mata uang mitra dagang utama.

Langkah otoritas moneter Singapura melonggarkan kebijakan ini dipandang para pelaku bakal diikuti oleh negara-negara lain. "Jika otoritas moneter di Singapura melonggarkan maka ada otoritas lain akan ikut. Singapura dipandang sebagai salah satu pemimpin di kawasan Asia," kata Analis Pasar Uang BNP Paribas SA Mirza Baig.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan, harga komoditas melemah karena OPEC gagal mencapai kesepakatan di Doha, Qatar. Dengan pelemahan harga komoditas tersebut memberikan ruang kepada pelemahan rupiah.

"Hari ini walaupun dollar index melemah, potensi pelemahan harga komoditas bisa memberikan tekanan pelemahan rupiah terhadap dolar AS," tutur dia.

Membaiknya pertumbuhan impor serta penggantian BI rate sebagai suku bunga acuan bisa memberikan optimisme tambahan terhadap prospek pertumbuhan ekonomi pada 2016. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya