Utang Luar Negeri RI Membengkak, Gubernur BI Sebut Masih Aman

BI menilai kenaikan utang luar negeri (ULN) Indonesia sebesar 5,7 persen atau US$ 316 miliar di kuartal I 2016 masih aman.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 18 Mei 2016, 15:52 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2016, 15:52 WIB
Utang luar negeri Indonesia
Utang luar negeri Indonesia

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) menyatakan, kenaikan utang luar negeri Indonesia sebesar 5,7 persen atau US$ 316 miliar di kuartal I 2016 masih aman bagi Negara ini.

Posisi utang swasta maupun publik masih terkelola dengan baik dengan koordinasi dari seluruh pihak, baik pemerintah, BI maupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK).   

Gubernur BI, Agus Martowardojo mengakui bahwa posisi utang luar negeri (ULN) sektor swasta lebih tinggi dibanding pemerintah. ULN sektor swasta mencapai 52,1 persen dari total ULN, yakni sebesar US$ 164,7 miliar. Sementara ULN sektor publik sebesar 47,9 persen atau US$ 151,3 miliar dari total ULN tiga bulan pertama ini.

 



"Secara umum ULN Indonesia dalam kondisi aman. Walaupun jumlah swasta lebih besar dari pemerintah, tapi yang penting utang jangka panjang totalnya 80 persen dari yang ada. Sedangkan utang jangka pendek non afiliasi, totalnya hanya 5 persen dari pinjaman," ujar Agus di JCC, Rabu (18/5/2016).

Agus mengklaim, ULN Indonesia masih dapat dikelola dengan baik sehingga lebih terkendali karena adanya koordinasi dari regulator maupun otoritas.

Pemerintah, sambungnya selalu memantau dan mengevaluasi perkembangan ULN di sektor publik dan swasta, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sedangkan perbankan melalui BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).  
"Yang perlu diperhatikan adalah ULN korporasi non bank. Kita agak berhati-hati dengan utang yang dikeluarkan 2014, jadi membuat korporasi yang berutang perlu melaporkan likuiditas, posisi missmatch currency, dan bagaimana kondisi balance sheet-nya apakah over leverage atau tidak," jelasnya.

Dari hasil pelaporan itulah, kata Agus, semua persyaratan atau kriteria tersebut dapat dipenuhi dengan baik oleh korporasi non perbankan. "Jadi jumlah yang melapor lebih baik, dan kondisinya dipatuhi, minimum hedging, minimum likuiditas semakin baik. Secara umum, kondisi utang kita terjaga," terang Agus.

Berdasarkan jangka waktu, ULN jangka panjang tercatat meningkat 7,9 persen menjadi US$ 277,9 miliar atau 87,9 persen dari total ULN di kuartal I 2016. Sedangkan ULN jangka pendek turun 8,4 persen menjadi US$ 38,1 miliar di periode Januari-Maret 2016.(Fik/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya