Liputan6.com, Jakarta - Kurang dari sepekan atau tepatnya pada 23 Juni, Rakyat Inggris bakal menggelar referendum yang dikenal dengan sebutan Brexit. Referendum guna menentukan posisi negara ini, tetap bergabung ke Uni Eropa (UE) atau keluar dari organisasi yang berdiri sejak 1992 itu.
Rencana referendum ini menjadi perhatian Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).
Melansir laman The Guardian, Jumat (17/6/2016), Direktur IMF Christine Lagarde memohon kepada Inggris untuk tetap bergabung dengan Uni Eropa. Alasannya, keanggotaan Inggris dalam blok itu akan membuat ekonomi lebih kuat dan negara yang tergabung didalamnya menjadi lebih beragam dan kreatif.
Advertisement
Christine Lagarde dalam pidatonya di Wina, memperingatkan tentang kekhawatiran yang berlebih pada ekonomi di dalam negeri, akan mengancam persatuan. Dia pun mendesak para pembuat kebijakan berbuat lebih banyak guna mengurangi ketimpangan yang membuat beberapa masyarakat Eropa merasa ditinggalkan.
Baca Juga
Lagarde menilai Inggris masih tetap diuntungkan secara ekonomi jika bergabung di Uni Eropa. Dia menolak jika masalah imigran berdampak ke kondisi pasar tenaga kerja.
Bahkan, Direktur IMF kelahiran Prancis ini memperlihatkan rekam jejak Inggris terhadap para imigran.
Dia mendesak para pemilih Inggris tetap terbuka kepada imigran dan peran mereka dalam ekonomi dan masyarakat.
"Saya selalu mengagumi Inggris karena keterbukaan terhadap negara lain dan budaya asing. Dan saya merasa sulit percaya bahwa sikap negara ini telah berubah dalam waktu singkat. Tapi ini menjadi hak pemilih Inggris untuk memutuskan, dan keputusan mereka jelas tergantung pada banyak faktor," kata dia.
Lagarde mengulangi pandangan IMF tentang risiko Brexit terhadap sektor ekonomi yang pasti berdampak kurang baik. Serta bagaimana Inggris mendapatkan banyak manfaat dari sektor lapangan pekerjaan, pendapatan serta peningkatan perdagangan dan investasi dari Uni Eropa.
"Menjadi bagian dari Uni Eropa telah sangat membantu transformasi Inggris menjadi negara dengan ekonomi yang dinamis dan bersemangat. Inggris telah mendapatkan manfaat dari kontribusi para imigran dari seluruh dunia, termasuk Uni Eropa," tegas dia.
Pernyataan Lagarde tersebut juga terpicu tumbuhnya proteksionisme dan munculnya partai-partai nasionalis baru-baru ini di Uni Eropa.
"Terlalu banyak orang Eropa khawatir tentang identitas budaya, keamanan, pekerjaan, pendapatan, dan standar hidup mereka. Dan terlalu banyak dari mereka dituntut untuk percaya bahwa akan lebih baik jika Eropa kembali seperti dulu dan menerapkan nasionalisme di bidang ekonomi," jelas dia dalam pidatonya yang berjudul Unity in diversity: kasus untuk Eropa.
Menurut dia, ini merupakan tantangan serius bagi Eropa. "Ini adalah waktu yang berat untuk menghadapi visi negatif dengan perspektif baru bagi warga negara yang merasa ditinggalkan," dia menambahkan.
Sebelumnya IMF mendapatkan perlawanan karena dinilai terlalu mengintervensi kebijakan referendum Inggris. Organisasi ini diminta tidak turut campur dalam proses demokrasi di Inggris.
Pada bulan lalu, IMF mengatakan Brexit bisa memicu kejatuhan di pasar saham dan penurunan tajam harga rumah.
Komentar terbaru Lagarde terkait perbankan, bahwa jika Inggris meninggalkan Uni Eropa akan mengambil risiko mendorong pound melemah tajam dan berdampak signifikan ke ekonomi global.