Pemerintah Perlu Jaga 2 Faktor Ini Agar Rupiah Menguat

Ada sejumlah hal yang perlu dilakukan agar rupiah stabil dan menguat hingga akhir tahun.

oleh Septian Deny diperbarui 07 Jul 2016, 19:07 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2016, 19:07 WIB
Pemerintah memasang asumsi nilai tukar rupiah Rp 13.500 per dolar Amerika Serikat dalam APBN-P 2016.
Pemerintah memasang asumsi nilai tukar rupiah Rp 13.500 per dolar Amerika Serikat dalam APBN-P 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan ada beberapa hal yang perlu dilakukan pemerintah agar rupiah bisa kembali menguat. Salah satunya dengan menjaga inflasi tetap terkendali.

Deputi Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, ‎dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan/APBN-P 2016, pemerintah memasang asumsi nilai tukar rupiah sebesar 13.500 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Rp 13.500 itu bukan target, tapi asumsi. Kurs pada intinya adalah cerminan dari fundamental ekonomi, situasi neraca pembayaran, ekspor impor barang dan jasa defisit atau surplus dan situasi inflasi," ujar dia di Jakarta, ‎Kamis (7/7/2016).

Agar kurs rupiah bisa menguat hingga akhir tahun ini, Mirza menyatakan ada beberapa hal yang harus diperbaiki oleh pemerintah. Selain menjaga inflasi tetap rendah, pemerintah juga harus menjaga neraca perdagangan Indonesia tetap surplus.

"Kalau mau kurs stabil atau menguat, kita harus usahakan inflasi tetap rendah, neraca perdagangan ekspor impor terus surplus, current account defisit terus surplus. Kalau kurs Rp 13.600, kurs itu harus menggambarkan fundamental ekonomi," kata dia.

Namun demikian, pemerintah juga harus menjaga kurs rupiah tidak terlalu menguat. ‎Lantaran jika rupiah terlalu kuat, maka harga barang impor akan lebih murah sehingga dikhawatirkan membuat impor semakin tinggi.

"Kurs yang terlalu kuat membuat barang impor terasa murah, kemudian pedagang lebih senang impor dibanding produksi. Barang ekspor terasa mahal. Jadi harus di level yang wajar, yang bisa mendorong ekspor manufaktur, mencegah impor yang berlebihan, dan tetap menjaga inflasi. Kurs lemah bisa membuat inflasi dari produk-produk impor menjadi lebih tinggi, utang luar negeri terlalu besar bebannya. Kurs di level sekarang ini baik menurut BI," ujar dia. (Dny/Ahm)

*Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya